
Libur Usai, Bursa Singapura Langsung Terkapar
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
13 August 2019 08:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah libur karena memperingati Hari Kemerdekaan dan Idul Adha, bursa saham utama Singapura mengawali pembukaan perdagangan hari ini (13/8/2019) dengan terperosok cukup dalam karena ditekan baik oleh sentimen domestik maupun eksternal.
Indeks Straits Times (STI) dibuka anjlok 0,81% menjadi 3.143,21 poin, dimana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 4 mencatatkan kenaikan harga, 22 saham melemah, dan 4 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Pada pagi hari ini pukul 07:00 WIB pembacaan final angka laju pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 Negeri Singa tidak berbeda jauh dengan perolehan pembacaan awal.
Ekonomi Singapura terbilang tidak tumbuh alias stagnan karena laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2019 hanya di level 0,1% year-on-year (YoY), lebih rendah dari konsensus pasar yang memproyeksi pertumbuhan 0,2% secara tahunan, dilansir Trading Economics.
Sementara itu,laju pertumbuhan PDB secara kuartalan (QoQ) tercatat mengalami kontraksi 3,3%, juga lebih lemah dari konsensus pasar yang memproyeksi kontraksi di level 2,9% QoQ, dilansir Trading Economics.
Rilis pertumbuhan ekonomi yang kurang memuaskan dapat kembali mendorong pemerintah untuk memotong target pertumbuhan ekonomi mereka.
Sebelumnya Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 3,5% menjadi di kisaran 1,5-2,5%, setelah data PDB kuartal pertama yang mengecewakan.
Terlebih lagi, kekhawatiran akan isu perlambatan ekonomi semakin membuncah karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan dirinya belum siap untuk mencapai kesepakatan dengan China.
Selain itu Trump juga tidak memberikan jawaban lugas apakah dialog dagang lanjutan di Washington akan tetap dilangsungkan.
"Mungkin (dialog di Washington batal), tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.
Goldman Sachs dalam riset terbarunya juga menyebut Negeri Paman Sam dan Negeri Tiongkok akan sulit mencapai kesepakatan dagang sebelum Pemilu AS 2020.
Lalu ekskalasi perang dagang membuat pelaku pasar resah, berarti tahun depan pertumbuhan ekonomi global tetap lesu atau bahkan tumbuh lebih lambat dari tahun ini. Alhasil, berinvestasi pada instrumen beresiko seperti pasar saham bukanlah pilihan yang diminati.
Pada hari ini investor akan mencermati rilis data transaksi berjalan kuartal II-2019 Singapura pada pukul 09:00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Data China Penuh Kejutan, Straits Times untuk Sementara Hijau
Indeks Straits Times (STI) dibuka anjlok 0,81% menjadi 3.143,21 poin, dimana dari 30 saham yang menghuni indeks acuan bursa saham Singapura tersebut, sebanyak 4 mencatatkan kenaikan harga, 22 saham melemah, dan 4 saham tidak mencatatkan perubahan harga.
Pada pagi hari ini pukul 07:00 WIB pembacaan final angka laju pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 Negeri Singa tidak berbeda jauh dengan perolehan pembacaan awal.
Ekonomi Singapura terbilang tidak tumbuh alias stagnan karena laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2019 hanya di level 0,1% year-on-year (YoY), lebih rendah dari konsensus pasar yang memproyeksi pertumbuhan 0,2% secara tahunan, dilansir Trading Economics.
Sementara itu,laju pertumbuhan PDB secara kuartalan (QoQ) tercatat mengalami kontraksi 3,3%, juga lebih lemah dari konsensus pasar yang memproyeksi kontraksi di level 2,9% QoQ, dilansir Trading Economics.
Rilis pertumbuhan ekonomi yang kurang memuaskan dapat kembali mendorong pemerintah untuk memotong target pertumbuhan ekonomi mereka.
Sebelumnya Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 3,5% menjadi di kisaran 1,5-2,5%, setelah data PDB kuartal pertama yang mengecewakan.
Terlebih lagi, kekhawatiran akan isu perlambatan ekonomi semakin membuncah karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan dirinya belum siap untuk mencapai kesepakatan dengan China.
Selain itu Trump juga tidak memberikan jawaban lugas apakah dialog dagang lanjutan di Washington akan tetap dilangsungkan.
"Mungkin (dialog di Washington batal), tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.
Goldman Sachs dalam riset terbarunya juga menyebut Negeri Paman Sam dan Negeri Tiongkok akan sulit mencapai kesepakatan dagang sebelum Pemilu AS 2020.
Lalu ekskalasi perang dagang membuat pelaku pasar resah, berarti tahun depan pertumbuhan ekonomi global tetap lesu atau bahkan tumbuh lebih lambat dari tahun ini. Alhasil, berinvestasi pada instrumen beresiko seperti pasar saham bukanlah pilihan yang diminati.
Pada hari ini investor akan mencermati rilis data transaksi berjalan kuartal II-2019 Singapura pada pukul 09:00 WIB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Data China Penuh Kejutan, Straits Times untuk Sementara Hijau
Most Popular