
Rupiah Boleh Lemah, Tapi Setidaknya Tak Lagi Terlemah di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 August 2019 16:08

Hari ini, sentimen yang menghantui pasar keuangan global sejak pekan lalu belum berubah. Perang dagang AS vs China masih menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar.
Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk melanjutkan perundingan dengan China, yang dijadwalkan berlangsung di Washington pada awal September. Namun bukan tidak mungkin dialog itu batal.
"Mungkin (dialog di Washington batal), tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.
Menurut Trump, China masih berhasrat untuk mencapai kesepakatan damai dagang. Namun Trump menyatakan dirinya belum siap untuk itu.
Perang dagang AS-China pun cenderung berlanjut ke perang mata uang. Setelah pekan lalu melemah, yuan kembali melanjutkan depresiasi. Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan untuk menggenjot kinerja ekspor.
"Eskalasi (perang dagang) hanya akan menambah luka. Seluruh pihak harus menyamakan pandangan dan berhenti melemparkan retorika," tegas Olaf Scholz, Menteri Keuangan Jerman, dikutip dari Reuters.
Kekhawatiran terhadap perang dagang AS-China yang masih memanas membuat investor masih emoh bermain-main di instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, tidak hanya rupiah tetapi berbagai mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk melanjutkan perundingan dengan China, yang dijadwalkan berlangsung di Washington pada awal September. Namun bukan tidak mungkin dialog itu batal.
"Mungkin (dialog di Washington batal), tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.
Perang dagang AS-China pun cenderung berlanjut ke perang mata uang. Setelah pekan lalu melemah, yuan kembali melanjutkan depresiasi. Ada tendensi China sengaja melemahkan nilai tukar yuan untuk menggenjot kinerja ekspor.
"Eskalasi (perang dagang) hanya akan menambah luka. Seluruh pihak harus menyamakan pandangan dan berhenti melemparkan retorika," tegas Olaf Scholz, Menteri Keuangan Jerman, dikutip dari Reuters.
Kekhawatiran terhadap perang dagang AS-China yang masih memanas membuat investor masih emoh bermain-main di instrumen berisiko di negara berkembang. Akibatnya, tidak hanya rupiah tetapi berbagai mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular