OJK Sebut Pasar Modal Masih Kalah dari Perbankan, Soal Apa?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
12 August 2019 11:54
pembiayaan jangka panjang melalui pasar modal dinilai sebagai langkah pembiayaan jangka panjang dengan ketersediaan pendanaan yang lebih besar.
Foto: Pasar Modal Indonesia merayakan 42 tahun diaktifkannya kembali oleh pemerintah Republik Indonesia, sejak 10 Agustus 1977. (CNBC Indonesia/Monica Wareza)
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan saat ini korporasi masih cenderung masih mengantungkan pembiayaan perusahaan menggunakan dana dari perbankan dengan jumlah nilai pembiayaan yang terbatas.

Padahal lewat pasar modal perusahaan-perusahaan bisa mendapatkan pendanaan jangka panjang untuk membiayai ekspansi usaha.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan masih banyak tantangan yang dihadapi pasar modal untuk menarik minat korporasi untuk mendulang dana dari pasar modal. Salah satunya adalah dengan menyaingi cepatnya proses pencairan pembiayaan di perbankan.


"Di perbankan ini cepat, prosesnya cepat. Apalagi nasabah yang sudah ada track record di perbankan itu paling cepat, paling mudah. Namun setiap nasabah kan ada kendala, ada legal lending limit sehingga ada batasnya. Nah, untuk itulah di sinilah pasar modal itu ada ruang," kata Wimboh saat perayaan 42 tahun diaktifkan kembali pasar modal di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (12/8/2019).

Menurut dia, pasar modal dibutuhkan sekali perannya dalam memberikan pembiayaan kepada sektor-sektor unggulan yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Pembiayaan untuk pembangunan dinilai lebih cocok dibiayai dengan sumber pendanaan jangka panjang, seperti pasar modal ketimbang perbankan yang memiliki jangka lebih pendek.


"Pembangunan ini memiliki jangka panjang yang tentunya sangat terbatas apabila dibiayai perbankan karena dana perbankan masih jangka pendek. Sedangkan pembiayaan jangka panjang dibiayai pasar modal," lanjutnya.

"Perbankan ini transformasi risiko sumber dana kecil, peminjam besar, jangka dana pendek tapi pembiayaan panjang. Kami harapkan pasar modal punya ruang lebih besar untuk media rising fund jangka panjang untuk emite eksisting dan emiten baru," jelasnya.

Dalam kesempatan ini dia juga menyampaikan, hingga akhir pekan lalu Jumat (9/8/2019) tercatat aksi beli bersih (net buy) yang dilakukan asing mencapai Rp 64,9 triliun secara year to date (ytd).


Penghimpunan dana dari pasar pada periode tersebut mencapai Rp 109,2 triliun. Jumlah emiten baru di tahun ini sudah mencapai 29 emiten jumlahnya.

Tantangan ke depannya yang masih dihadapi oleh pasar modal khususnya dan perekonomian Indonesia adalah tensi trade war antara Amerika dan Tiongkok diperkirakan masih berlanjut dan bahkan sudah mengarah ke currency war.

Kondisi itu mengakibatkan prediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan berbagai lembaga internasional menjadi semakin nyata dan memberikan tekanan pada perdagangan internasional.
(hps/hps) Next Article Data Penduduk Terintegrasi, Modal Awal Bangun Basis Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular