
Perang Dagang Jauh dari Kata Reda, Rupiah Keok Lagi
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 August 2019 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (12/8/19), sentimen eksternal masih menjadi penggerak utama rupiah.
Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali mendepresiasi nilai tukar yuan melawan dolar AS pada hari ini. PBoC menetapkan kurs tengah yuan di level 7,0211/US$ lebih lemah dari hari Jumat (9/8/19) lalu di level 7,0136/US$. Dengan demikian sejak awal pekan lalu, yuan secara konsisten di depresiasi, hingga berada di level terlemah sejak Maret 2008.
Terus melemahnya yuan bukan kabar bagus bagi Indonesia.
Harga produk dari China menjadi lebih murah, dan RI bisa jadi akan kebanjiran produk "Made in China". Jika hal tersebut sampai terjadi, dan tanpa diimbangi peningkatan ekspor, maka neraca perdagangan menjadi taruhannya. Defisit neraca perdagangan bisa besar, dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) juga akan membengkak.
Pada Jumat lalu, Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tepatnya 3,04% kuartal II-2019. Padahal pada kuartal sebelumnya, CAD hanya berada di level 2,6%. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.
CAD pada kuartal II-2019 juga lebih dalam ketimbang CAD pada periode yang sama tahun lalu (kuartal-II 2018) yang sebesar 3,01% dari PDB.
Selain itu, terus melemahnya yuan akan memicu kecemasan pasar jika currency war sudah semakin dekat, membuat investor akan mengalihkan investasinya ke aset aman atau safe haven, rupiah akan semakin terpojok.
Penasehat perdagangan Presiden Trump, Peter Navaro, Jumat pekan lalu mengatakan AS akan mengambil tindakan keras jika terus mendepresiasi mata uangnya.
"Jelas, mereka (China) memanipulasi mata uangnya dari sudut pandang perdagangan" kata Navaro dalam acara Closng Bell di CNBC International pada Jumat lalu. "Jika mereka terus melakukannya, kita (AS) akan mengambil tindakan keras pada mereka" tegas Navaro.
Pada pukul 11:05 WIB, rupiah berada di level 14.217/US$ berdasarkan data investing.com.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di atas MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan mulai mendekati area positif, sementara histogramnya sudah wilayah positif.
Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka menengah cukup besar.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini bergerak di dekat resisten (tahanan atas) 14.230, selama tidak menembus ke atas level tersebut pelemahan berpotensi terpangkas, melihat indikator Stochastic yang overbought. Bahkan rupiah berpeluang menguat ke menuju area 14.180.
Sementara jika resisten 14.230 berhasil ditembus, rupiah berpotensi melemah ke area 14.260.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali mendepresiasi nilai tukar yuan melawan dolar AS pada hari ini. PBoC menetapkan kurs tengah yuan di level 7,0211/US$ lebih lemah dari hari Jumat (9/8/19) lalu di level 7,0136/US$. Dengan demikian sejak awal pekan lalu, yuan secara konsisten di depresiasi, hingga berada di level terlemah sejak Maret 2008.
Terus melemahnya yuan bukan kabar bagus bagi Indonesia.
Pada Jumat lalu, Bank Indonesia (BI) melaporkan defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) menembus level 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), tepatnya 3,04% kuartal II-2019. Padahal pada kuartal sebelumnya, CAD hanya berada di level 2,6%. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.
CAD pada kuartal II-2019 juga lebih dalam ketimbang CAD pada periode yang sama tahun lalu (kuartal-II 2018) yang sebesar 3,01% dari PDB.
Selain itu, terus melemahnya yuan akan memicu kecemasan pasar jika currency war sudah semakin dekat, membuat investor akan mengalihkan investasinya ke aset aman atau safe haven, rupiah akan semakin terpojok.
Penasehat perdagangan Presiden Trump, Peter Navaro, Jumat pekan lalu mengatakan AS akan mengambil tindakan keras jika terus mendepresiasi mata uangnya.
"Jelas, mereka (China) memanipulasi mata uangnya dari sudut pandang perdagangan" kata Navaro dalam acara Closng Bell di CNBC International pada Jumat lalu. "Jika mereka terus melakukannya, kita (AS) akan mengambil tindakan keras pada mereka" tegas Navaro.
Pada pukul 11:05 WIB, rupiah berada di level 14.217/US$ berdasarkan data investing.com.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Pada grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan di atas MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan mulai mendekati area positif, sementara histogramnya sudah wilayah positif.
Melihat indikator tersebut, tekanan terhadap rupiah dalam jangka menengah cukup besar.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Rupiah kini bergerak di dekat resisten (tahanan atas) 14.230, selama tidak menembus ke atas level tersebut pelemahan berpotensi terpangkas, melihat indikator Stochastic yang overbought. Bahkan rupiah berpeluang menguat ke menuju area 14.180.
Sementara jika resisten 14.230 berhasil ditembus, rupiah berpotensi melemah ke area 14.260.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular