
Penjualan Diprediksi Lesu, Simak Rekomendasi Emiten Otomotif
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
12 August 2019 09:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan kendaraan bermotor di Tanah Air diprediksi melambat hingga akhir tahun ini seiring dengan tren pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal terakhir yang cenderung melambat karena konsumsi masyarakat tidak sekuat prediksi pasar.
Analis PT Bahana Sekuritas Anthony Yunus memprediksi, penjualan kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua masih akan melemah. Kemampuan masyarakat untuk membeli mobil akan semakin terbatas, demikian juga halnya penjualan motor diperkirakan masih tumbuh satu digit karena penetrasi sepeda motor yang sudah cukup tinggi.
Ditambah lagi, faktor eksternal seperti tren penurunan harga komoditas, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berlanjut pada perang mata uang (currency war) sehingga memicu pelemahan nilai tukar sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kondisi ini diperkirakan akan semakin menggerus daya beli masyarakat.
"Langkah Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut demi menopang daya beli masyarakat menjadi tak mudah karena rupiah yang melemah," kata Anthony Yunus, dalam keterangan resmi dikutip CNBC Indonesia, Senin (12/8/2019).
Anthony menjelaskan, PT Astra Internasional Tbk (ASII), salah satu 'pemain' otomotif terbesar di Indonesia, pada kuartal dua juga mencatat volume penjualan dan margin dari kendaraan roda empat lebih rendah dari ekspektasi semula, meski penurunannya tidak seburuk industri secara keseluruhan.
Pada kuartal II-2019, Astra membukukan laba bersih sebesar Rp 4,6 triliun atau turun 15%, dibanding periode yang sama tahun lalu akibatnya rendahnya penjualan dari sektor otomotif dan komoditas khususnya minyak kelapa sawit atau CPO.
Melihat pencapaian hingga kuartal dua tahun ini, Bahana memperkirakan pendapatan ASII akan mencapai Rp 240,7 triliun pada akhir tahun ini, dari perkiraan awal Rp 249,3 triliun. Laba bersih ASII juga diperkirakan mencapai Rp 20,7 triliun, dari proyeksi sebelumnya Rp 23 triliun.
Pendapatan dari segmen otomotif diperkirakan akan mencapai Rp 104,7 triliun, dari proyeksi awal Rp 106,8 triliun.
"Bahana memberikan rekomendasi Hold [tahan] untuk saham ASII dari yang sebelumnya Buy dengan target harga Rp 7.500 dari yang sebelumnya Rp 8.300 per saham," kata dia.
Adapun sepanjang semester I-2019 Astra mengalami penurunan laba bersih sebesar 6% secara year on year (YoY) menjadi Rp 9,80 triliun, dari Rp 10,38 triliun di akhir Juni 2018.
Dilihat secara industri, Bahana memperkirakan volume penjualan kendaraan roda empat akan mencapai 1,082 juta unit pada akhir 2019, turun sebesar 6% dari realisasi penjualan sepanjang 2018. Penjualan kendaraan roda empat ASII diperkirakan turun sebesar 4,8% secara tahunan.
Sementara itu, penjualan kendaraan roda dua secara industri diperkirakan akan mencapai 7,088 juta unit sepanjang 2019, atau tumbuh sebesar 8% secara tahunan. Adapun, penjualan kendaraan roda dua Astra diperkirakan akan tumbuh sebesar 12% secara tahunan pada akhir 2019.
Di sisi lain, emiten otomotif lainnya yakni PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga mencatat kinerja positif. Laba bersih IMAS pada semester I-2019 justru meroket 1.140% menjadi Rp 462,67 miliar, dibandingkan periode serupa tahun lalu hanya Rp 37,29 miliar. Pendapatan bersih naik 10,11% menjadi Rp 9,58 triliun, dari sebelumnya Rp 8,70 triliun.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dalam setahun terakhir saham ASII naik hanya 2%, sementara secara year to date (Januari hingga Senin 12 Agustus ini), saham ASII minus hingga 17% di level Rp 6.825/saham.
Adapun saham IMAS setahun terakhir nyatanya masih minus 28%, year to date juga minus 28% di level Rp 2.080/saham.
Perpres mobil listrik terbit, siapkah sektor otomotif?
(tas) Next Article Siap-siap! 12 Emiten Tebar Dividen ke Pemegang Saham
Analis PT Bahana Sekuritas Anthony Yunus memprediksi, penjualan kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua masih akan melemah. Kemampuan masyarakat untuk membeli mobil akan semakin terbatas, demikian juga halnya penjualan motor diperkirakan masih tumbuh satu digit karena penetrasi sepeda motor yang sudah cukup tinggi.
Ditambah lagi, faktor eksternal seperti tren penurunan harga komoditas, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang berlanjut pada perang mata uang (currency war) sehingga memicu pelemahan nilai tukar sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kondisi ini diperkirakan akan semakin menggerus daya beli masyarakat.
"Langkah Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut demi menopang daya beli masyarakat menjadi tak mudah karena rupiah yang melemah," kata Anthony Yunus, dalam keterangan resmi dikutip CNBC Indonesia, Senin (12/8/2019).
Anthony menjelaskan, PT Astra Internasional Tbk (ASII), salah satu 'pemain' otomotif terbesar di Indonesia, pada kuartal dua juga mencatat volume penjualan dan margin dari kendaraan roda empat lebih rendah dari ekspektasi semula, meski penurunannya tidak seburuk industri secara keseluruhan.
Pada kuartal II-2019, Astra membukukan laba bersih sebesar Rp 4,6 triliun atau turun 15%, dibanding periode yang sama tahun lalu akibatnya rendahnya penjualan dari sektor otomotif dan komoditas khususnya minyak kelapa sawit atau CPO.
Melihat pencapaian hingga kuartal dua tahun ini, Bahana memperkirakan pendapatan ASII akan mencapai Rp 240,7 triliun pada akhir tahun ini, dari perkiraan awal Rp 249,3 triliun. Laba bersih ASII juga diperkirakan mencapai Rp 20,7 triliun, dari proyeksi sebelumnya Rp 23 triliun.
Pendapatan dari segmen otomotif diperkirakan akan mencapai Rp 104,7 triliun, dari proyeksi awal Rp 106,8 triliun.
"Bahana memberikan rekomendasi Hold [tahan] untuk saham ASII dari yang sebelumnya Buy dengan target harga Rp 7.500 dari yang sebelumnya Rp 8.300 per saham," kata dia.
Adapun sepanjang semester I-2019 Astra mengalami penurunan laba bersih sebesar 6% secara year on year (YoY) menjadi Rp 9,80 triliun, dari Rp 10,38 triliun di akhir Juni 2018.
Dilihat secara industri, Bahana memperkirakan volume penjualan kendaraan roda empat akan mencapai 1,082 juta unit pada akhir 2019, turun sebesar 6% dari realisasi penjualan sepanjang 2018. Penjualan kendaraan roda empat ASII diperkirakan turun sebesar 4,8% secara tahunan.
Sementara itu, penjualan kendaraan roda dua secara industri diperkirakan akan mencapai 7,088 juta unit sepanjang 2019, atau tumbuh sebesar 8% secara tahunan. Adapun, penjualan kendaraan roda dua Astra diperkirakan akan tumbuh sebesar 12% secara tahunan pada akhir 2019.
Di sisi lain, emiten otomotif lainnya yakni PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga mencatat kinerja positif. Laba bersih IMAS pada semester I-2019 justru meroket 1.140% menjadi Rp 462,67 miliar, dibandingkan periode serupa tahun lalu hanya Rp 37,29 miliar. Pendapatan bersih naik 10,11% menjadi Rp 9,58 triliun, dari sebelumnya Rp 8,70 triliun.
Adapun saham IMAS setahun terakhir nyatanya masih minus 28%, year to date juga minus 28% di level Rp 2.080/saham.
Perpres mobil listrik terbit, siapkah sektor otomotif?
(tas) Next Article Siap-siap! 12 Emiten Tebar Dividen ke Pemegang Saham
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular