Jokowi: Sayonara Era Komoditas, Ini Tumpuan Ekonomi RI

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
11 August 2019 14:53
Pemeritah, kata Jokowi, akan fokus pada peningkatan kualitas SDM sebagai pondasi pembangunan ekonomi Indonesia.
Foto: Jokowi : Di Kabinet Jelas PDIP Yang Terbanyak (CNBC Indonesia TV)
Jakarta CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan bahwa era komoditas yang selama ini menjadi penopang ekonomi Indonesia sudah mulai lewat. Pemeritah, kata Jokowi, akan fokus pada peningkatan kualitas SDM sebagai pondasi pembangunan ekonomi Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Jokowi pertengahan pekan ini saat menghadiri di Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Kamis (8/8/2019).

Menurut Jokowi SDM adalah kunci yang konsisten. Jika Indonesia sukses membagun sistem SDM yang andal maka akan berbuah keberhasilan di berbagai sektor.


"Sekali lagi, pentingnya sumber daya manusia bagi sebuah pembangunan. Oleh sebab itu, setelah 5 tahun setelah fokus pada infrastruktur, 5 tahun ke depan fokus pada SDM. Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi.

Merespons pernyataan kepala negara tersebut, Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) Nanang Abdul Manaf tak menampik hal itu. Ia mengatakan, memang, harus disadari, industri minyak, utamanya di sektor hulu, tidak lagi menjadi primadona.

"Untuk itu, kita harus kompetitif untuk bisa datangkan investor. Improve aturan-aturannya," ujar Nanang saat dijumpai di Jakarta, Kamis (8/8/2019).

Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan akan terus mencari cara untuk dapat merealisasikan target produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari,

"Ini tantangan bagi para kontraktor migas (KKKS) untuk mencari penemuan besar," pungkasnya.


Apalagi, sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan adanya temuan cadangan migas raksasa. Melalui pusat data Indonesia Oil and Gas Institute (IOGI), SKK Migas mampu memetakan potensi cadangan minyak dan gas besar di Indonesia.

Berdasarkan data SKK Migas, produksi migas Indonesia sedang berada dalam tren penurunan.Pada tahun 2018, produksi minyak mentah Indonesia tercatat sebesar 772 ribu barel/hari atau turun dari tahun sebelumnya yang sebesar 801 ribu barel/hari.

Sementara produksi gas di tahun yang sama juga hanya sebesar 1.113 MBOEPD turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.137 MBOEPD.

Hal itu disebabkan kondisi sumur-sumur migas RI yang sudah tua. Semakin lama dieksploitasi, tingkat produksi biasanya memang akan menurun.


Tanpa adanya penemuan cadangan migas baru, SKK Migas memperkirakan tren penurunan produksi akan terus berlanjut setidaknya hingga 2050.

Adapun berdasarkan data dari Purnomo Yusgiantoro Center (YPC) mengungkapkan bahwa cadangan terbukti energi fosil di Indonesia akan akan habis dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Ada tiga komoditas utama energi fosil yang disebut oleh YPC, yaitu minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.

Bila terus diproduksi dengan asumsi konstan setiap tahun, maka cadangan terbukti minyak dan gas bumi akan habis dalam masing-masing 11,2 dan 35 tahun. Sementara batu bara akan habis dalam 31 tahun.

Sementara itu, komoditas andalan Indonesia lainnya, minyak sawit menta (crude palm oil/CPO), juga sedang mengalami tekanan.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) saat ini resah dengan kondisi yang dihadapi industri minyak sawit Indonesia. Ketidakpastian dalam dinamika pasar minyak nabati dunia membuat harga CPO tetap bergerak pada kisaran harga rendah.


"Sementara itu, pertumbuhan daya serap pasar minyak sawit di dalam negeri juga tidak terlalu besar," ujar Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono, dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, Kamis (08/08/2019).

Menurut Mukti, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia tidak tumbuh maksimal karena ada beberapa dinamika di pasar global khususnya di negara tujuan utama ekspor Indonesia seperti India, Uni Eropa, China dan Amerika Serikat (AS).

Ekspor Karet Indonesia Terus Kendur
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Deretan Presiden Termiskin di Dunia, Ada Jokowi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular