Dolar Australia Amblas ke Level Terendah Satu Dekade

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 August 2019 17:23
Sikap RBNZ tersebut membuat pelaku pasar memprediksi Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan melakukan hal yang sama.
Foto: dollar Australia (REUTERS/Daniel Munoz)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang dolar Australia merosot tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (7/8/19) hingga menyentuh level terlemah dalam satu dekade terakhir.

Pada pukul 15:48 WIB, dolar Australia diperdagangkan di level US$ 0,6723 atau melemah 0,55% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya bahkan sempat turun ke level US$ 0,6675 atau amblas 1,26%. Titik tersebut merupakan yang terlemah sejak 18 Maret 2009.

Jebloknya performa dolar Australia terjadi akibat Bank Sentral Selandia Baru (Reserve Bank of New Zealand/RBNZ) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) rekor terendah 1%. Langkah tersebut terbilang mengejutkan, mengingat pelaku pasar memprediksi RBNZ memangkas 25 bps.



Tidak hanya itu, Gubernur RBNZ Adrian Orr juga mengindikasikan akan ada pemangkasan lebih lanjut, bahkan kemungkinan adanya kebijakan moneter tidak biasa (unconventional) seperti program pembelian aset.

Sikap RBNZ tersebut membuat pelaku pasar memprediksi Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan melakukan hal yang sama.
RBA pada Selasa kemarin masih mempertahankan suku bunga sebesar 1%, tetapi banyak analis memprediksi suku bunga akan kembali dipangkas pada bulan November.

Kelapa Ekonom Commonwealth Bank of Australia, Michael Blythe memprediksi RBA akan memangkas suku bunga 25 bps di bulan November untuk menekan tingkat pengangguran, sebagaimana dikutip Financial Review.

Sementara itu Kepala Ekonom AMP Capital, Shane Olivier, mengatakan RBA saat ini dalam "mode wait and see" untuk melihat seberapa besar dampak pemangkasan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi, serta efek pengurangan pajak pendapatan oleh pemerintah.

Namun Olivier mengatakan pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali tidak akan cukup bagi ekonomi Australia.

"Stimulus yang diberikan saat ini belum cukup untuk menaikkan rata-rata upah serta inflasi hingga mencapai target RBA, sehingga kami memprediksi RBA akan memangkas suku bunga di bulan November dan Februari masing-masing 25 bps" kata Olivier sebagaimana dilansir Financial Review.

Tidak hanya melawan dolar AS, Mata Uang Negeri Kanguru Juga melemah 0.8% ke 9.561,01, yang menjadi level terlemah sejak Februari 2016.
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular