Internasional

Pasar Saham AS Rugi Rp 19.600 T Dalam 4 Hari, Kok Bisa?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 August 2019 12:03
Pasar Saham Rugi US$ 1,4 T Dalam Empat Hari, Kok Bisa?
Foto: Ekspresi Trader di lantai di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia- Hanya dibutuhkan empat hari bagi indeks S&P 500 untuk merugi sebanyak US$ 1,4 triliun atau sekitar Rp 19.600 triliun (kurs Rp 14.000).

Ini disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari pengumuman Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, yang mengecewakan tentang arah tingkat suku bunga hingga ancaman tarif impor baru yang diembuskan oleh Presiden AS Donald Trump. Selain itu, langkah China untuk melindungi nilai mata uang yuan juga turut menjadi pemicu penurunan.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 767 poin pada hari Senin (5/8/19), penurunan poin terbesar keenamnya. Ini disebabkan karena investor mulai pesimis mengenai hubungan dagang antara AS-China. Sementara itu indeks S&P 500 anjlok lebih dari 5% dalam waktu kurang dari seminggu. Lebih lanjut, Cboe Volatility Index, yang menjadi tolok ukur Wall Street, melonjak ke level tertinggi pada 2019.

Indeks Dow futures juga kembali turun pada Senin malam, dan mencatatkan penurunan 600 poin di pembukaan perdagangan hari Selasa.

Berikut beberapa hal yang sangat mempengaruhi pasar saham dalam beberapa hari terakhir.


The Fed

Semua indeks mencatatkan penurunan dalam empat hari perdagangan ketika Fed mengumumkan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Sebenarnya biasanya investor saham menyambut baik langkah penurunan suku bunga. Namun, pernyataan Gubernur Fed Jerome Powell yang menyebut bahwa penurunan suku bunga hanya "penyesuaian pertengahan siklus (midcycle adjustment)", rally saham pun terhenti.

Pernyataan Powell menandakan hanya akan ada satu atau dua kali pemotongan suku bunga, dan bukannya pemangkasan dalam jangka waktu panjang. Akibatnya, indeks S&P 500 turun 1% hari itu.

Tarif Trump

Saham jatuh lagi pada hari berikutnya ketika Trump tiba-tiba mengakhiri gencatan senjata dalam perang dagang dengan China. Dalam serangkaian postingan di twitter pada Kamis, Trump mengumumkan akan menerapkan tarif 10% untuk barang-barang China senilai US$ 300 miliar, efektif per 1 September.

Berita itu membuat para pelaku pasar bingung karena Gedung Putih sebelumnya pada hari yang sama mengatakan pembicaraan perdagangan di Shanghai cukup konstruktif. Indeks S&P 500 turun 0,9% lagi dan mencatatkan kinerja minggu terburuk tahun ini.

Balasan China

China dengan cepat membalas ancaman tarif Trump. Pada hari Senin, China membiarkan mata uangnya melanggar garis merah psikologis, melampaui 7 yuan per dolar. Ini pertama kalinya terjadi sejak 2008. Sementara itu, China menghentikan pembelian produk pertanian AS dan mengancam untuk mengenakan bea masuk pada barang pertanian yang dibelinya sejak 3 Agustus.

Langkah-langkah pembalasan ini merupakan langkah pembalasan terbesar yang pernah China luncurkan hingga saat ini. Hal ini jelas mengguncang pasar dan membuat S&P 500 anjlok sekitar 3%.

Aksi Jual Meningkat di Hari Selasa

Departemen Keuangan AS pada Senin malam setelah pasar saham ditutup, menyebut China sebagai manipulator mata uang. AS menuduh China menggunakan yuan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil dalam perdagangan. Langkah ini merugikan saham berjangka (futures) dan saham di AS mengalami penurunan lagi pada hari Selasa.

Kacaunya pasar diperparah penurunan imbal hasil Treasury AS. Pada Senin, imbal hasil Treasury tenor 10-tahun jatuh di bawah 1,74%, level terendah sejak November 2016. Hal ini disebabkan karena investor ramai memburu Treasury. Sementara itu, harga emas mencapai level tertinggi sejak 2013.

Tanpa adanya kepastian bahwa perang dagang akan membaik dalam waktu dekat, sulit untuk memastikan aksi jual di pasar saham tidak akan terjadi lagi dalam waktu dekat.


"Saya percaya semakin parah aksi jual pasar, semakin besar kemungkinan AS akan bertindak dalam beberapa cara untuk menangkal dampak tarif," kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global Invesco, dalam sebuah catatan.

"Saya mengulurkan harapan bahwa AS akan mengakui bahwa memenangkan perang dagang dengan China sangat tidak mungkin; yang seharusnya mendorongnya untuk mengabaikan tekad masokisnya dan menghindari kerugian yang diakibatkan oleh dirinya sendiri," ujarnya.

[Gambas:Video CNBC]


(dob) Next Article Trump Acungkan 'Kapak Perang' dengan China, Wall Street Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular