Digilas Luar-Dalam, IHSG Ambruk 2% Lebih

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 August 2019 14:43
Digilas Luar-Dalam, IHSG Ambruk 2% Lebih
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham tanah air semakin merana pada perdagangan hari ini. Hingga berita ini diturunkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk 2,05% ke level 6.211,91. Titik terendah IHSG pada hari ini berada di level 6.209,67 (-2,06% dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat (2/8/2019).

IHSG tak melemah sendirian pada hari ini. Seluruh bursa saham utama kawasan Asia sedang kompak ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei ambruk 1,74%, indeks Shanghai melemah 1,62%, indeks Hang Seng anjlok 2,71%, indeks Straits Times turun 1,8%, dan indeks Kospi terkoreksi 2,56%.

Kicauan Presiden AS Donald Trump di Twitter masih sukses dalam memantik aksi jual dengan intensitas yang besar di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Kamis (1/8/2019), Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.

"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.



Pengumuman dari Trump ini datang pasca dirinya melakukan rapat dengan Menteri keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer terkait dengan hasil negosiasi di Shanghai pada pekan kemarin.

China pun akhirnya dibuat panas dan angkat bicara terkait dengan serangan terbaru dari Trump. Beijing menyebut bahwa pihaknya tak akan tinggal diam menghadapi "pemerasan" yang dilakukan AS, serta memperingatkan akan adanya serangan balasan.

"Jika AS benar mengeksekusi bea masuk tersebut maka China harus meluncurkan kebijakan balasan yang diperlukan guna melindungi kepentingan-kepentingan kami yang mendasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari Reuters.

Ketika perang dagang AS-China tereskalasi, laju perekonomian keduanya, berikut perekonomian global, akan semakin tertekan. Maklum, AS dan China merupakan dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

Bagi Indonesia, AS dan China merupakan mitra yang sangat penting dalam urusan ekspor. Dalam periode Januari-Juni 2019, Indonesia tercatat megekspor produk non-migas senilai US$ 11,4 miliar ke China, terbesar dibandingkan ekspor non-migas ke negara-negara lainnya. Sementara itu, ekspor non-migas Indonesia ke AS dalam periode yang sama tercatat senilai US$ 8,3 miliar atau yang terbesar kedua setelah China.

Selain bara perang dagang AS-China yang masih panas, sentimen negatif bagi bursa saham Asia datang dari situasi di Hong Kong yang juga membara. Hingga kini aksi protes besar-besaran di Hong Kong masih juga terjadi. Pada hari ini, demonstran menggelar aksinya di stasiun-stasiun Mass Transit Railway (MTR) dengan mencegah masyarakat yang ingin berpergian dari menggunakan moda transportasi tersebut.

Aksi protes ini dilakukan untuk menuntut pemerintah Hong Kong melakukan reformasi, pasca sebelumnya pemerintahan Carrie Lam mengajukan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang mendapatkan kecaman dari berbagai elemen masyarakat Hong Kong.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA
Dari dalam negeri, sentimen negatif bagi IHSG datang dari rilis angka pertumbuhan ekonomi. Sepanjang kuartal II-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian hanya tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.

Walaupun sesuai ekspektasi, pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. Padahal, pada tiga bulan kedua tahun ini ada gelaran pemilihan umum (Pemilu) dan kehadiran bulan Ramadan yang diharapkan bisa mendongkrak konsumsi masyarakat Indonesia, sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebagai informasi, lebih dari 50% perekonomian Indonesia disumbang oleh konsumsi rumah tangga.

Sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, koreksi yang dibukukan IHSG adalah sebesar 1,52% ke level 6.243,97. IHSG kemudian memperlebar kekalahannya menjadi 1,75%.

Mengingat pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini ternyata melambat, maka target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah untuk tahun 2019 di level 5,3% tampak akan kiat sulit untuk tercapai.

Untuk diketahui, sekuritas-sekuritas besar berbendera asing kini sudah begitu skeptis dalam memandang perekonomian Indonesia. Beberapa sekuritas besar berbendera asing kini memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019.

Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%.

Kala perekonomian loyo, penjualan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tertekan. Merespons hal tersebut, aksi jual dengan intensitas yang besar terus dilakukan oleh investor di pasar saham tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular