Currency War Bikin SMS, Rupiah KO di Kurs Tengah BI dan Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 August 2019 10:29
Hawa Perang Mata Uang Kian Terasa
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Kita patut curiga kala melihat yen menguat sendirian di Asia. Sebab di saat yang sama harga emas dunia naik 0,75%, tertinggi sejak Mei 2013. 




Tidak hanya yen dan emas, nilai tukar franc Swiss juga menguat. Pada pukul 09:56 WIB, franc menguat 0,32% terhadap dolar AS. 

Sudah jelas terlihat, cetha wela-wela, bahwa investor sedang memburu aset-aset aman. Pelaku pasar berlindung di 'bunker' yang aman karena melihat risiko besar di perekonomian dunia. 

Hari ini, nilai tukar yuan China melemah drastis. Sejak Maret 2008, belum pernah US$ 1 berada di kisaran CNY 7. Namun ini sedang terjadi sekarang. 

Investor cemas karena ada tendensi perang dagang AS-China sudah naik kelas, mengarah menuju perang mata uang (currency war). Nilai tukar yuan memang bisa 'diatur' oleh Bank Sentral China (PBoC) sehingga kecurigaan perang mata uang sulit dikesampingkan. 

Setiap hari, PBoC menetapkan nilai tengah yuan. Mata uang ini diperkenankan melemah atau menguat maksimal 2% dari nilai tengah tersebut. 

PBoC menetapkan nilai tengah yuan hari ini di CNY 6,9225/US$. Posisi saat ini belum melemah 2% sehingga masih bisa ditoleransi, tetapi pelemahan yang sudah lumayan dalam memberi kesan bahwa PBoC 'melepas' yuan untuk terjun bebas. 


Pelaku pasar khawatir anjloknya nilai tukar yuan terkait dengan perang dagang. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menegaskan bakal mengenakan bea masuk baru sebesar 10% untuk importasi produk made in China senilai US$ 300 miliar. China tidak terima dan siap melakukan serangan balasan jika bea masuk itu diterapkan. 

Sepertinya cara China mengancam AS tidak seperti Trump yang berkoar-koar di media sosial. Beijing cukup menggertak dengan melemahkan mata uang.  

Ketika yuan melemah, maka produk China menjadi murah di pasar global sehingga ekspor lebih kompetitif. Walau sulit masuk pasar AS, tetapi produk China tetap bisa merajalela di negara lain karena faktor harga yang murah. 

Oleh karena itu, wajar jika pelaku pasar cemas. Jika tendensi perang mata uang terbukti, maka praktik serupa bisa saja dilakukan oleh negara-negara lain. Saling melemahkan mata uang untuk menggenjot ekspor. Inilah yang disebut perang mata uang, mekanisme pasar sudah tidak berlaku lagi. 

Dihantui kecemasan perang mata uang, pelaku pasar pun berbondong-bondong mencari SMS (Selamat Masing-masing). Aset-aset aman alias safe haven dijadikan tempat berlindung, sementara instrumen berisiko di negara berkembang ditinggalkan termasuk di Indonesia. 

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas 1,32% pada pukul 10:12 WIB. Investor asing membukukan jual bersih Rp 211,12 miliar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular