
Tunggu Data Pertumbuhan Ekonomi, Rupiah Melemah Malu-malu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 August 2019 08:27

Dari dalam negeri, sepertinya laju rupiah tertahan oleh penantian investor terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 yang akan diumumkan pada pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi Tanah Air tumbuh 5,05% year-on-year (YoY) pada periode April-Juni. Sama persis dengan konsensus versi Reuters.
Jika kejadian, maka ekonomi Indonesia sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,07%. Sungguh sangat disayangkan, mengingat kuartal II-2019 seharusnya menjadi puncak konsumsi rumah tangga karena kehadiran Ramadan, Idul Fitri, dan Pemilu.
Namun sepertinya Indonesia tidak bisa memanfaatkan peluang emas tersebut. Pada kuartal III dan IV, sulit berharap konsumsi bisa lebih tinggi lagi.
Khawatir oleh prospek ekonomi Indonesia yang tidak begitu cerah, sepertinya rupiah kena getahnya. Akan tetapi jika realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 lebih bagus dari ekspektasi, maka rupiah sepertinya bakal punya tenaga untuk memperbaiki nasib.
Sementara dari sisi eksternal, pelaku pasar tampaknya masih mencemaskan hubungan AS-China yang kembali memanas. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menebar ancaman akan mengenakan bea masuk 10% untuk impor produk China bernilai US$ 300 miliar.
China pun meradang. Beijing menegaskan akan membalas apabila Washington mengeksekusi rencana tersebut.
"Posisi China sangat jelas. Kalau AS ingin berdialog, mari kita berdialog. Namun kalau AS ingin perang, mari kita berperang," tegas Zhang Jun, Duta Besar China untuk PBB, dikutip dari Reuters.
Hawa perang dagang kembali merebak, menggantikan prospek damai dagang yang sempat merekah usai pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir Juni lalu. Jadi tidak heran kalau investor memilih bermain aman sembari menunggu perkembangan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Jika kejadian, maka ekonomi Indonesia sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,07%. Sungguh sangat disayangkan, mengingat kuartal II-2019 seharusnya menjadi puncak konsumsi rumah tangga karena kehadiran Ramadan, Idul Fitri, dan Pemilu.
Namun sepertinya Indonesia tidak bisa memanfaatkan peluang emas tersebut. Pada kuartal III dan IV, sulit berharap konsumsi bisa lebih tinggi lagi.
Sementara dari sisi eksternal, pelaku pasar tampaknya masih mencemaskan hubungan AS-China yang kembali memanas. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menebar ancaman akan mengenakan bea masuk 10% untuk impor produk China bernilai US$ 300 miliar.
China pun meradang. Beijing menegaskan akan membalas apabila Washington mengeksekusi rencana tersebut.
"Posisi China sangat jelas. Kalau AS ingin berdialog, mari kita berdialog. Namun kalau AS ingin perang, mari kita berperang," tegas Zhang Jun, Duta Besar China untuk PBB, dikutip dari Reuters.
Hawa perang dagang kembali merebak, menggantikan prospek damai dagang yang sempat merekah usai pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping akhir Juni lalu. Jadi tidak heran kalau investor memilih bermain aman sembari menunggu perkembangan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular