
Ditinggal Asing Nyaris Setengah Triliun, IHSG Jatuh 0,65%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 August 2019 16:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan koreksi sebesar 0,63% ke level 6.341,12, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak pernah sekalipun merasakan manisnya zona hijau pada hari ini. Per akhir sesi dua, koreksi IHSG adalah sebesar 0,65% ke level 6.340,18.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,72%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,21%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-3,33%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,82%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,29%).
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga berdarah-darah: indeks Nikkei anjlok 2,11%, indeks Shanghai ambruk 1,41%, indeks Hang Seng jatuh 2,35%, indeks Straits Times turun 0,94%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,95%.
Cuitan Presiden AS Donald Trump sukses memantik aksi jual dengan intensitas yang besar di Bursa Saham Benua Kuning. Kemarin (1/8/2019), Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
[Gambas:Twitter]
Melansir CNBC International, belum jelas apa yang membuat Trump mengakhiri periode gencatan senjata yang disepakati dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan Juni, kala keduanya bertemu di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang.
Satu hal yang pasti, pengumuman dari Trump ini datang pasca dirinya melakukan rapat dengan Menteri keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer terkait dengan hasil negosiasi di Shanghai pada pekan ini.
Sebelumnya, hawa negatif memang menyelimuti gelaran negosiasi dagang AS-China di Shanghai. Pada hari kedua (Rabu, 31/7/2019), negosiasi diakhiri lebih cepat dari jadwal, seperti dilansir dari Reuters.
Walau kedua belah pihak mendeskripsikan bahwa negosiasi dagang selama dua hari tersebut berlangsung konstruktif, keduanya sama-sama tak mengumumkan langkah konkret apapun yang akan diambil guna mempercepat penandatanganan kesepakatan dagang.
Malahan, terdapat perbedaan yang signifikan dari pernyataan kedua negara terkait dengan langkah konkret tersebut. Pihak AS menyebut bahwa China kembali menyatakan komitmennya untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang lebih besar, sementara pihak China hanya menyebut bahwa delegasi kedua negara mendikusikan hal tersebut tanpa menyebut adanya komitmen apapun.
China pun akhirnya dibuat panas dan angkat bicara terkait dengan serangan terbaru dari Trump. Beijing menyebut bahwa pihaknya tak akan tinggal diam menghadapi "pemerasan" yang dilakukan AS, serta memperingatkan akan adanya serangan balasan.
"Jika AS benar mengeksekusi bea masuk tersebut maka China harus meluncurkan kebijakan balasan yang diperlukan guna melindungi kepentingan-kepentingan kami yang mendasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari Reuters.
BERLANJUT KE HALAMAN DUA
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,72%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,21%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-3,33%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,82%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,29%).
Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga berdarah-darah: indeks Nikkei anjlok 2,11%, indeks Shanghai ambruk 1,41%, indeks Hang Seng jatuh 2,35%, indeks Straits Times turun 0,94%, dan indeks Kospi terkoreksi 0,95%.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
[Gambas:Twitter]
Melansir CNBC International, belum jelas apa yang membuat Trump mengakhiri periode gencatan senjata yang disepakati dengan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan Juni, kala keduanya bertemu di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang.
Satu hal yang pasti, pengumuman dari Trump ini datang pasca dirinya melakukan rapat dengan Menteri keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer terkait dengan hasil negosiasi di Shanghai pada pekan ini.
Sebelumnya, hawa negatif memang menyelimuti gelaran negosiasi dagang AS-China di Shanghai. Pada hari kedua (Rabu, 31/7/2019), negosiasi diakhiri lebih cepat dari jadwal, seperti dilansir dari Reuters.
Walau kedua belah pihak mendeskripsikan bahwa negosiasi dagang selama dua hari tersebut berlangsung konstruktif, keduanya sama-sama tak mengumumkan langkah konkret apapun yang akan diambil guna mempercepat penandatanganan kesepakatan dagang.
Malahan, terdapat perbedaan yang signifikan dari pernyataan kedua negara terkait dengan langkah konkret tersebut. Pihak AS menyebut bahwa China kembali menyatakan komitmennya untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang lebih besar, sementara pihak China hanya menyebut bahwa delegasi kedua negara mendikusikan hal tersebut tanpa menyebut adanya komitmen apapun.
China pun akhirnya dibuat panas dan angkat bicara terkait dengan serangan terbaru dari Trump. Beijing menyebut bahwa pihaknya tak akan tinggal diam menghadapi "pemerasan" yang dilakukan AS, serta memperingatkan akan adanya serangan balasan.
"Jika AS benar mengeksekusi bea masuk tersebut maka China harus meluncurkan kebijakan balasan yang diperlukan guna melindungi kepentingan-kepentingan kami yang mendasar," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari Reuters.
BERLANJUT KE HALAMAN DUA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular