Jelang Weekend Kok Pada Ngegas Ya? Rupiah Jadi Lemah Deh...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 August 2019 09:40
Jelang Weekend Kok Pada Ngegas Ya? Rupiah Jadi Lemah Deh...
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Ketegangan yang mewarnai dunia membuat rupiah tertekan. 

Pada Jumat (2/8/2019) pukul 09:02 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.205. Rupiah melemah 0,67% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh titik terlemah sejak 19 Juni. 




Apa yang membuat rupiah begitu lemah hari ini? Sepertinya faktor eksternal menjadi penyebab utama.  

Hari ini boleh Jumat, besok sudah akhir pekan. Harusnya semua orang bersenang-senang, bergembira, karena besok sudah bisa bersantai. 

Namun ternyata yang terjadi tidak seperti itu. Malah rasanya orang-orang tidak ada yang santai, ngegas semua. 

Pertama, Presiden AS Donald Trump kembali memantik api perang dagang dengan China. Dalam utas (thread) di Twitter, eks taipan properti itu mengancam bakal menerapkan bea masuk 10% bagi impor produk-produk China senilai US$ 300 miliar. 


Padahal delegasi AS baru saja kembali dari negosiasi dagang di Shanghai, perundingan yang disebut cukup konstruktif. Namun sang presiden justru membuat suasana kembali keruh. 

Sejauh ini belum ada respons dari Beijing mengenai rencana Trump tersebut. Namun sangat mungkin China akan murka dan melancarkan serangan balasan dengan balik mengenakan bea masuk terhadap produk-produk made in the USA. 

Aura damai dagang yang beberapa lalu sempat bersemi kini pudar lagi. Justru risiko perang dagang kembali muncul di depan mata. 

Kedua, friksi dagang Jepang vs Korea Selatan memasuki babak baru. Jepang menghapus Korea Selatan dari daftar negara penerima kemudahan (whitelist) perdagangan. Penghapusan Korea Selatan dari whitelist akan membuat produk Negeri Ginseng lebih sulit masuk ke Jepang karena berbagai fasilitas akan dihapus. 

Korea Selatan menjadi negara pertama yang dihapus dari daftar yang berisi 27 negara seperti Jerman, Inggris, dan AS. Tokyo beralasan Seoul gagal mengendalikan ekspornya dan pembicaraan selama tiga tahun seakan jalan di tempat. Selain itu, ada penurunan kepercayaan karena pengadilan Korea Selatan memutuskan bahwa sejumlah perusahaan Jepang wajib membayar kompensasi atas kerja paksa pada masa Perang Dunia II. 

Baca:
Korsel & Jepang Diambang 'Perang' Teknologi, RI Jadi Korban?

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Ketiga, Iran bersikeras terus melakukan pengayaan uranium, langkah yang mungkin bakal mengundang murka AS dan sekutunya. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Negeri Persia memang harus bersiap jika terjadi kemungkinan terburuk. 

"Kami punya risiko menghadapi pertempuran, tetapi kami yakin bisa menang. Kami tidak bertindak berdasarkan asumsi bisa mendapatkan hasil dari negosiasi dan perundingan," kata Rouhani, seperti dikutip dari Reuters. 

Pernyataan ini menyiratkan bahwa Iran siap angkat senjata demi mempertahankan kepentingannya. Risiko perang di Timur Tengah tidak bisa dikesampingkan, yang membuat pelaku pasar semakin bermain aman. 

Selain itu, situasi Timur Tengah yang memanas membuat harga minyak dunia melesat. Pada pukul 09:21 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melompat masing-masing 2,58% dan 1,91%. 



Kenaikan harga minyak dunia bukan kabar baik buat rupiah. Pasalnya, kenaikan harga si emas hitam akan membuat impor komoditas ini semakin mahal. Artinya beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan semakin berat sehingga fondasi rupiah menjadi rapuh. 

Situasi global yang memanas jelang akhir pekan membuat rupiah menjadi korban. Gara-gara semua orang pakai urat, tidak ada yang santai...   


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular