
Duh! Penjualan GarudaFood Naik Tipis, Bikin Laba Drop 5%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
30 July 2019 11:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada semester pertama tahun ini, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) mencatatkan performa yang kurang memuaskan. Meskipun total penjualan perusahaan tumbuh positif, tapi laba bersih perusahaan justru mengalami penurunan.
Hingga akhir Juni 2019, penjualan GOOD meningkat 6,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 4,27 triliun dari sebelumnya Rp 4,03 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Jika dirinci, kontribusi pendapatan terbesar masih berasal dari segmen makanan ringan dengan total pemasukan mencapai Rp 3,65 triliun (85,53%). Lini satu ini juga mampu membukukan marjin laba kotor yang cukup tinggi, yakni sebesar 35,03%.
Sayangnya, jika dibandingkan dengan semester I-2018, total penjualan makanan ringan hanya tumbuh 4,66% YoY, lebih rendah dari pertumbuhan penjualan segmen minuman (15,25% YoY) dan lainnya (4,58% YoY).
Pada semester I-2019, penjualan dari segmen minuman sebesar Rp 617,73 miliar dengan marjin laba kotor 7,71%. Sedangkan penjualan segmen lainnya senilai Rp 217,31 miliar dengan marjin laba kotor 21,48%.
Lebih lanjut, meskipun total penjualan tumbuh positif, laba bersih perusahaan tumbuh negatif karena ditekan oleh beban pokok penjualan dan beban penjualan.
Sepanjang semester pertama tahun ini, beban pokok penjualan tercatat tumbuh 8,75% menjadi Rp 2,94 triliun, dari Rp 2,71 triliun di semester I-2018. Penguatan tersebut didongkrak oleh melesatnya persediaan barang jadi, dari Rp 344,35 miliar menjadi Rp 644,25 miliar.
Peningkatan beban pokok penjualan langsung menekan perolehan laba kotor GOOD, yang akhirnya hanya mampu tumbuh 0,58% YoY menjadi Rp 1,33 triliun.
Perolehan laba kotor kemudian dikikis oleh beban penjualan. Pos beban satu ini tercatat naik 5,44% YoY menjadi Rp 712,18 miliar, dimana promosi dan iklan, serta biaya angkut memiliki kontribusi terbesar.
Dengan demikian, GOOD hanya mampu mengantongi keuntungan Rp 218,23 miliar atau turun 5,48% dibandingkan perolehan laba bersih semester I tahun lalu yang ada di Rp 230,87 miliar.
Di lain pihak, dari sisi pos neraca, perusahaan membukukan kenaikan total kewajiban (liabilitas) sebesar 34,16% dibandingkan akhir Desember tahun lalu.
Total kewajiban perusahaan meningkat menjadi Rp 2,31 triliun di semester I-2019, dari hanya Rp 1,72 triliun di akhir Desember 2018.
Pos kewajiban GOOD tumbuh signifikan karena utang bank jangka panjang meroket lebih dari tiga kali lipat, menjadi Rp 958,25 miliar, dari sebelumnya Rp 301,76 miliar di akhir Desember 2018.
Dalam keterbukaan informasi manajemen perusahaan menyampaikan kenaikan tersebut dikarenakan untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan belanja barang modal (capital expenditure) perusahaan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Pandemi Sukses Genjot Penjualan 3 Produk Andalan Garudafood
Hingga akhir Juni 2019, penjualan GOOD meningkat 6,07% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 4,27 triliun dari sebelumnya Rp 4,03 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Jika dirinci, kontribusi pendapatan terbesar masih berasal dari segmen makanan ringan dengan total pemasukan mencapai Rp 3,65 triliun (85,53%). Lini satu ini juga mampu membukukan marjin laba kotor yang cukup tinggi, yakni sebesar 35,03%.
Pada semester I-2019, penjualan dari segmen minuman sebesar Rp 617,73 miliar dengan marjin laba kotor 7,71%. Sedangkan penjualan segmen lainnya senilai Rp 217,31 miliar dengan marjin laba kotor 21,48%.
Lebih lanjut, meskipun total penjualan tumbuh positif, laba bersih perusahaan tumbuh negatif karena ditekan oleh beban pokok penjualan dan beban penjualan.
Sepanjang semester pertama tahun ini, beban pokok penjualan tercatat tumbuh 8,75% menjadi Rp 2,94 triliun, dari Rp 2,71 triliun di semester I-2018. Penguatan tersebut didongkrak oleh melesatnya persediaan barang jadi, dari Rp 344,35 miliar menjadi Rp 644,25 miliar.
Peningkatan beban pokok penjualan langsung menekan perolehan laba kotor GOOD, yang akhirnya hanya mampu tumbuh 0,58% YoY menjadi Rp 1,33 triliun.
Perolehan laba kotor kemudian dikikis oleh beban penjualan. Pos beban satu ini tercatat naik 5,44% YoY menjadi Rp 712,18 miliar, dimana promosi dan iklan, serta biaya angkut memiliki kontribusi terbesar.
Dengan demikian, GOOD hanya mampu mengantongi keuntungan Rp 218,23 miliar atau turun 5,48% dibandingkan perolehan laba bersih semester I tahun lalu yang ada di Rp 230,87 miliar.
Di lain pihak, dari sisi pos neraca, perusahaan membukukan kenaikan total kewajiban (liabilitas) sebesar 34,16% dibandingkan akhir Desember tahun lalu.
Total kewajiban perusahaan meningkat menjadi Rp 2,31 triliun di semester I-2019, dari hanya Rp 1,72 triliun di akhir Desember 2018.
Pos kewajiban GOOD tumbuh signifikan karena utang bank jangka panjang meroket lebih dari tiga kali lipat, menjadi Rp 958,25 miliar, dari sebelumnya Rp 301,76 miliar di akhir Desember 2018.
Dalam keterbukaan informasi manajemen perusahaan menyampaikan kenaikan tersebut dikarenakan untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan belanja barang modal (capital expenditure) perusahaan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Pandemi Sukses Genjot Penjualan 3 Produk Andalan Garudafood
Most Popular