Sedih, Rupiah Cuma Bisa Menang Lawan Yuan...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 July 2019 13:13
Sedih, Rupiah Cuma Bisa Menang Lawan Yuan...
Ilustrasi Uang (CNBC Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tidak cuma melawan dolar AS, satu lawan satu di hadapan mayoritas mata uang Asia pun rupiah kurang gairah.

Pada Senin (29/7/2019) pukul 13:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.020. Rupiah melemah 0,15% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu dan berada di titik terlemah sejak 11 Juli.




Bukan hanya dolar AS yang mampu digdaya di hadapan rupiah. Sebagian besar mata uang utama Asia juga menguat terhadap rupiah, hanya yuan China yang masih melemah.

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 12:44 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan rupiah lesu hari ini. Pertama adalah koreksi teknikal, karena rupiah sudah menguat lumayan tajam.

Di hadapan dolar AS, rupiah menguat 2,47% sejak awal tahun. Sementara terhadap dolar Singapura, rupiah terapresiasi 3,09%. Lalu melawan ringgit Malaysia, rupiah' menang banyak' dengan penguatan 2,18%.

Di level Asia Timur, rupiah menguat 1,58% terhadap yen Jepang. Lalu terhadap yuan China dan won Korea Selatan, rupiah terapresiasi masing-masing 2,59% dan 8,07%.

Well, performa rupiah memang luar biasa. Bahkan mampu menguat sampai 8% melawan won. Namun ada 'kutukan' di balik penampilan impresif ini, yaitu rupiah jadi rawan terserang ambil untung (profit taking).

Penguatan rupiah yang sudah kencang membuat investor bisa sewaktu-waktu tergoda untuk mencairkan cuan. Rupiah pun rentan kena tekanan jual dan bisa melemah kapan saja.

Faktor kedua adalah fondasi rupiah yang sebenarnya masih lemah. Ini tercermin dari defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang kemungkinan melebar pada kuartal II-2019.

Bank Indonesia


Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari sisi ini dinilai lebih berjangka panjang, lebih aman untuk menyokong nilai tukar mata uang ketimbang dari 'kamar' sebelah yaitu transaksi modal dan finansial.

Dengan transaksi berjalan yang masih defisit, nasib rupiah bergantung kepada aliran modal portofolio di sektor keuangan alias hot money. Namanya saja hot money, bisa keluar-masuk kapan saja sehingga rupiah tidak ditopang oleh pijakan yang stabil.

Nasib rupiah masih ngeri-ngeri sedap, bisa menguat dan melemah signifikan sesuai dengan kondisi aliran modal. Fluktuasinya tinggi, sesuatu yang tidak disukai pelaku pasar.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular