
Simak Nih, Pekan Terpenting di 2019 Segera Mulai, Sudah Siap?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 July 2019 21:05

Tak hanya The Fed, pelaku pasar juga perlu memantau hasil pertemuan Bank of Japan (BOJ) selaku bank sentral Jepang yang akan diumumkan pada hari Selasa (30/7/2019).
BOJ menjadi salah satu bank sentral utama dunia yang diprediksi akan mengucurkan stimulus moneter guna memacu perekonomian dan mendorong kenaikan inflasi. Hingga kini, belum jelas stimulus macam apa yang akan diberikan oleh bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut, beserta dengan waktunya.
Mengingat posisi Jepang selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, arah kebijakan moenter yang diambil bank sentralnya tentu menjadi sangat penting bagi perekonomian dunia.
Kala perekonomian Jepang melaju di level yang relatif tinggi, perekonomian dunia juga bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi. Sebaliknya, kala perekonomian Jepang lesu, perekonomian dunia juga akan mendapatkan tekanan.
Masihkan Penanaman Modal Asing Terkontraksi?
Melansir Refinitiv, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dijadwalkan merilis data realisasi penanaman modal periode kuartal II-2019 pada hari Selasa (30/7/2019). Pelaku pasar akan mencermati betul angka realisasi penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI).
Pasalnya, dari total penanaman modal di tanah air, lebih dari 50% disumbang oleh PMA. Karena nilainya lebih besar, tentu pertumbuhan PMA yang signifikan akan lebih terasa bagi perekonomian ketimbang pertumbuhan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Sebagai informasi, pertumbuhan PMA di era Jokowi sangatlah mengecewakan. Pada tahun 2014, PMA tercatat tumbuh 13,54% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013. Pada tahun 2015, pertumbuhannya sempat naik menjadi 19,22%.
Dalam dua tahun berikutnya (2016-2017), PMA hanya tumbuh di kisaran satu digit. Pada tahun 2018, PMA bahkan tercatat ambruk hingga 8,8%. Untuk periode kuartal I-2019, PMA kembali jatuh yakni sebesar 0,92% secara tahunan, jauh memburuk dibandingkan capaian periode kuartal I-2018 yakni pertumbuhan sebesar 12,27%.
Rilis Data Ekonomi AS & China
Sentimen terakhir yang patut dicermati oleh pelaku pasar pada pekan depan adalah rilis data ekonomi dari negara-negara maju, terutama AS dan China. Pasalnya, seperti sudah disebutkan di halaman-halaman sebelumnya, ada potensi perang dagang AS-China justru akan tereskalasi.
Rilis data di AS dan China lantas menjadi sangat penting guna memberikan gambaran terkait dengan dampak perang dagang kedua negara terhadap satu sama lain.
Pada hari Rabu (31/7/2019), Manufacturing PMI China periode Juli 2019 versi resmi pemerintah China akan dirilis, disusul Manufacturing PMI versi Caixin untuk periode yang sama sehari setelahnya (1/8/2019).
Beralih ke AS, angka indeks keyakinan konsumen periode Juli 2019 akan dirilis oleh The Conference Board pada hari Selasa. Pada hari Rabu, angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019 akan dirilis oleh Automatic Data Processing (ADP).
Pada hari Jumat (2/8/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019 versi resmi pemerintah AS akan dirilis, beserta juga angka tingkat pengangguran untuk periode yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
BOJ menjadi salah satu bank sentral utama dunia yang diprediksi akan mengucurkan stimulus moneter guna memacu perekonomian dan mendorong kenaikan inflasi. Hingga kini, belum jelas stimulus macam apa yang akan diberikan oleh bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut, beserta dengan waktunya.
Mengingat posisi Jepang selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, arah kebijakan moenter yang diambil bank sentralnya tentu menjadi sangat penting bagi perekonomian dunia.
Masihkan Penanaman Modal Asing Terkontraksi?
Melansir Refinitiv, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dijadwalkan merilis data realisasi penanaman modal periode kuartal II-2019 pada hari Selasa (30/7/2019). Pelaku pasar akan mencermati betul angka realisasi penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI).
Pasalnya, dari total penanaman modal di tanah air, lebih dari 50% disumbang oleh PMA. Karena nilainya lebih besar, tentu pertumbuhan PMA yang signifikan akan lebih terasa bagi perekonomian ketimbang pertumbuhan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Sebagai informasi, pertumbuhan PMA di era Jokowi sangatlah mengecewakan. Pada tahun 2014, PMA tercatat tumbuh 13,54% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013. Pada tahun 2015, pertumbuhannya sempat naik menjadi 19,22%.
Dalam dua tahun berikutnya (2016-2017), PMA hanya tumbuh di kisaran satu digit. Pada tahun 2018, PMA bahkan tercatat ambruk hingga 8,8%. Untuk periode kuartal I-2019, PMA kembali jatuh yakni sebesar 0,92% secara tahunan, jauh memburuk dibandingkan capaian periode kuartal I-2018 yakni pertumbuhan sebesar 12,27%.
Rilis Data Ekonomi AS & China
Sentimen terakhir yang patut dicermati oleh pelaku pasar pada pekan depan adalah rilis data ekonomi dari negara-negara maju, terutama AS dan China. Pasalnya, seperti sudah disebutkan di halaman-halaman sebelumnya, ada potensi perang dagang AS-China justru akan tereskalasi.
Rilis data di AS dan China lantas menjadi sangat penting guna memberikan gambaran terkait dengan dampak perang dagang kedua negara terhadap satu sama lain.
Pada hari Rabu (31/7/2019), Manufacturing PMI China periode Juli 2019 versi resmi pemerintah China akan dirilis, disusul Manufacturing PMI versi Caixin untuk periode yang sama sehari setelahnya (1/8/2019).
Beralih ke AS, angka indeks keyakinan konsumen periode Juli 2019 akan dirilis oleh The Conference Board pada hari Selasa. Pada hari Rabu, angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019 akan dirilis oleh Automatic Data Processing (ADP).
Pada hari Jumat (2/8/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juli 2019 versi resmi pemerintah AS akan dirilis, beserta juga angka tingkat pengangguran untuk periode yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular