Cuma Kuat Naik Sehari, IHSG Sudah Merah Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 July 2019 09:53
Cuma Kuat Naik Sehari, IHSG Sudah Merah Lagi
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Baru juga menguat sehari, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini sudah merah lagi. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG melemah 0,35% ke level 6.379,20. Pada pukul 09:30 WIB, IHSG ditransaksikan melemah 0,65% ke level 6.359,72.

Pada perdagangan kemarin (25/7/2019), IHSG membukukan apresiasi sebesar 0,26%, menandai apresiasi pertama pasca sudah melemah dalam tiga hari perdagangan sebelumnya.

Kinerja IHSG pada hari ini senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,53%, indeks Shanghai jatuh 0,15%, indeks Hang Seng melemah 0,5%, indeks Straits Times terkoreksi 0,83%, dan indeks Kospi berkurang 0,72%.

Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan bertindak sangat dovish dalam pertemuannya bulan ini menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning.

Kekhawatiran ini muncul pasca European Central Bank (ECB) mengumumkan hasil pertemuannya. Kemarin (25/7/2019), ECB mengumumkan bahwa main refinancing rate, lending facility rate, dan deposit facility rate dipertahankan masing-masing di level 0%, 0,25% dan -0,4%.

Dalam konferensi pers, Gubernur ECB Mario Draghi menyatakan bahwa kemungkinan perekonomian zona euro mengalami resesi sangat kecil. Draghi yang akan digantikan oleh Christine Lagarde (mantan Direktur Pelaksana IMF) pada 1 November nanti juga melihat bahwa dalam jangka menengah, inflasi diperkirakan akan meningkat akibat berlanjutnya ekspansi ekonomi serta pertumbuhan upah yang cukup bagus.

Pernyataan Draghi tersebut memberikan pesan yang kuat bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang akan dieksekusi ECB di masa depan tidak akan terlalu agresif.

Kalau perekonomian zona euro yang sudah begitu tertekan saja tak bisa memaksa bank sentralnya untuk bersikap sangat dovish, dikhawatirkan perekonomian AS yang relatif lebih kuat akan membuat The Fed bersikap sangat konservatif dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter.

Absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan secara agresif bisa membuat perekonomian AS mengalami yang namanya hard landing. Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

Kala perekonomian AS sampai mengalami yang namanya hard landing, dipastikan dampaknya terhadap perekonomian dunia juga akan signifikan, mengingat AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia.
Lebih lanjut, kabar pertemuan delegasi AS dan China yang kemarin mampu menghijaukan bursa saham Asia kini terbukti sudah tak bertaji. Dalam wawancara dengan CNBC International pada hari Rabu (24/7/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa dirinya dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan bertandang ke China pada hari Senin (29/7/2019) untuk kemudian menggelar negosiasi dagang selama dua hari yang dimulai sehari setelahnya (Selasa, 30/7/2019).

Namun, Mnuchin mengungkapkan bahwa saat ini ada banyak masalah yang belum bisa dipecahkan oleh kedua belah pihak.

“Saya akan mengatakan bahwa ada banyak permasalahan (yang belum bisa dipecahkan),” kata Mnuchin, dilansir dari CNBC International.

Sebelumnya, pejabat Gedung Putih memberi sinyal bahwa kesepakatan dagang kedua negara membutuhkan waktu yang lama untuk bisa diteken atau sekitar enam bulan. Ada kemungkinan yang besar bahwa perang dagang AS-China akan berlanjut hingga ke tahun 2020.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular