
Walau Menguat Tak Seberapa, Tapi Rupiah Runner-Up Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 July 2019 16:50

Rupiah dan mata uang Asia lainnya berhasil memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS. Pada pukul 16:34 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,03%.
Maklum saja, dolar AS sudah menguat lumayan tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index menguat hampir 1%. Sedangkan selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 1,68%.
Oleh karena itu, risiko depresiasi akan selalu membayangi langkah dolar AS. Investor yang merasa sudah mendapat cuan yang lumayan tentu tergoda untuk mencairkannya sehingga dolar AS rentan terserang tekanan jual. Ini mungkin sedang terjadi sekarang dan dolar AS pun melemah.
Namun, rasanya koreksi yang dialami dolar AS hanya sementara. Ke depan, ada potensi mata uang Negeri Paman Sam kembali menguat.
Alasannya, ekspektasi pelonggaran moneter oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB) begitu kuat. ECB akan mengumumkan hasil rapat (termasuk suku bunga acuan) malam ini waktu Indonesia. Meski pelaku pasar memperkirakan belum ada penurunan suku bunga acuan, tetapi Presiden Mario Draghi diyakini bakal memberi petunjuk yang tegas mengenai pelonggaran kebijakan.
"Kami memperkirakan Presiden Draghi akan membuka jalan untuk pelonggaran kebijakan ke depan, dengan melanjutkan program quantitative easing (pembelian surat berharga). Namun untuk sekarang, ECB sepertinya baru membuka jalan dan belum melangkah lebih jauh," sebut riset BNP Paribas.
Walau belum dieksekusi hari ini, tetapi pasar percaya bahwa ECB akan menurunkan suku bunga acuan cepat atau lambat. Ini membuat suku bunga acuan di Benua Biru yang sudah minus semakin dalam terjerumus ke teritori negatif.
Sejak Maret 2016, suku bunga acuan ECB berada di angka -0,4%. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan terjadi penurunan 10 basis poin (bps) menjadi -0,5% pada September.
Memang benar Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) juga kemungkinan besar menurunkan suku bunga acuan dalam rapat 31 Juli. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps adalah 74,5% sementara peluang turun 50% berada di 25,6%.
Namun walau turun, bahkan 50 bps, suku bunga acuan AS masih berada di teritori positif. Jauh di atas suku bunga acuan ECB.
Oleh karena itu, berinvestasi di AS masih lebih menguntungkan ketimbang di Eropa. Ini akan menjadi energi positif yang bisa menguatkan mata uang Negeri Paman Sam.
Rupiah boleh menguat hari ini. Namun level kewaspadaan tidak boleh diturunkan karena dolar AS siap menguat kapan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Maklum saja, dolar AS sudah menguat lumayan tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index menguat hampir 1%. Sedangkan selama sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 1,68%.
Oleh karena itu, risiko depresiasi akan selalu membayangi langkah dolar AS. Investor yang merasa sudah mendapat cuan yang lumayan tentu tergoda untuk mencairkannya sehingga dolar AS rentan terserang tekanan jual. Ini mungkin sedang terjadi sekarang dan dolar AS pun melemah.
Namun, rasanya koreksi yang dialami dolar AS hanya sementara. Ke depan, ada potensi mata uang Negeri Paman Sam kembali menguat.
Alasannya, ekspektasi pelonggaran moneter oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB) begitu kuat. ECB akan mengumumkan hasil rapat (termasuk suku bunga acuan) malam ini waktu Indonesia. Meski pelaku pasar memperkirakan belum ada penurunan suku bunga acuan, tetapi Presiden Mario Draghi diyakini bakal memberi petunjuk yang tegas mengenai pelonggaran kebijakan.
"Kami memperkirakan Presiden Draghi akan membuka jalan untuk pelonggaran kebijakan ke depan, dengan melanjutkan program quantitative easing (pembelian surat berharga). Namun untuk sekarang, ECB sepertinya baru membuka jalan dan belum melangkah lebih jauh," sebut riset BNP Paribas.
Walau belum dieksekusi hari ini, tetapi pasar percaya bahwa ECB akan menurunkan suku bunga acuan cepat atau lambat. Ini membuat suku bunga acuan di Benua Biru yang sudah minus semakin dalam terjerumus ke teritori negatif.
Sejak Maret 2016, suku bunga acuan ECB berada di angka -0,4%. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan terjadi penurunan 10 basis poin (bps) menjadi -0,5% pada September.
Memang benar Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) juga kemungkinan besar menurunkan suku bunga acuan dalam rapat 31 Juli. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps adalah 74,5% sementara peluang turun 50% berada di 25,6%.
Namun walau turun, bahkan 50 bps, suku bunga acuan AS masih berada di teritori positif. Jauh di atas suku bunga acuan ECB.
Oleh karena itu, berinvestasi di AS masih lebih menguntungkan ketimbang di Eropa. Ini akan menjadi energi positif yang bisa menguatkan mata uang Negeri Paman Sam.
Rupiah boleh menguat hari ini. Namun level kewaspadaan tidak boleh diturunkan karena dolar AS siap menguat kapan saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular