Sedih! Perang Dagang Bikin Industri Tekstil & Ritel RI Susah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 July 2019 15:55
Permintaan Tinggi, Emiten Ritel Malah Meringis
Foto: 2018, Laba Bersih Ramayana Meroket (CNBC Indonesia TV)
Sejatinya, permintaan atas produk tekstil sedang tinggi-tingginya pada tahun ini. Melansir data dari Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), sepanjang tahun 2019 pertumbuhan penjualan pakaian secara tahunan (year-on-year/YoY) selalu lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya.

Ambil contoh pada bulan Januari. Pada periode Januari 2018, survei yang dilakukan oleh BI mencatat bahwa penjualan pakaian naik sebesar 5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Januari 2017).

Pada Januari 2019, pertumbuhannya melejit menjadi 27,9% YoY. Kemudian pada Mei 2019, penjualan pakaian tercatat melejit hingga 43,9% secara tahunan. Padahal pada Mei 2018, pertumbuhannya hanya sebesar 16,5% YoY saja.


Namun, pesatnya pertumbuhan penjualan pakaian justru tak terefleksikan dari kinerja keuangan dua emiten sektor ritel besar, yakni PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF). Di saat permintaan atas produk pakaian sedang tinggi-tingginya, kedua emiten tersebut malah meringis.

Sepanjang tahun 2018, RALS dan LPPF masih mampu membukukan pertumbuhan penjualan, masing-masing sebesar 2,1% dan 2,2%. Pada kuartal I-2019, penjualan RALS dan LPPF tercatat terkontraksi masing-masing sebesar 0,4% dan 1,7% secara tahunan.

Lantaran produk yang dijual oleh kedua perusahaan banyak yang merupakan produk buatan dalam negeri, lesunya penjualan RALS dan LPPF lantas mengindikasikan bahwa produk lokal sedang kurang diminati lantaran kalah bersaing dengan produk impor.

Selama ini, Indonesia memang terkenal rajin mengimpor produk tekstil dari China. Mengutip data perdagangan internasional yang dipublikasikan oleh UN Comtrade, impor tekstil dari China tumbuh cukup pesat pada tahun 2018.

Pada tahun lalu, pertumbuhan impor produk tekstil dari China mencapai 20% atau naik sangat jauh dibanding tahun 2017 yang hanya 12%. Sementara itu, impor produk pakaian jadi dari China tumbuh hingga 54,1% pada tahun 2018.

Selama ini, produk-produk asal China diketahui seringkali menawarkan harga yang lebih kompetitif sehingga lebih diminati masyarakat.

Seiring dengan kalah saingnya produk tekstil dalam negeri yang pada akhirnya membuat emiten sektor ritel meringis, harga saham RALS dan LPPF pun ambruk. Jika dihitung dari titik tertingginya tahun ini, harga saham RALS sudah merosot 26,2% hingga penutupan perdagangan kemarin (24/7/2019), sementara harga saham LPPF anjlok 47,7%.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular