Serem! Ada Invisible Hand di Krakatau Steel
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
24 July 2019 14:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisaris Independen PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Roy Maningkas menyebutkan ada "invisible hand" yang mengatur jalannya perusahaan. Salah satunya terkait proyek blast furnace yang nantinya menghasilkan hot metal dengan investasi US$ 714 juta atau setara Rp 10 triliun.
"Kasian Krakatau Steel ini, tinggal tulang saja jadi jangan dijarah juga. Makanya saya mau tahu siapa invisible hand yang memaksakan ini, dan apa motifnya," kata Roy kepada CNBC Indonesia TV, Rabu (24/07/2019)
Saat Roy mulai menjabat sebagai komisaris independen pada April 2015, Krakatau Steel telah memiliki utang warisan sebesar Rp 30 triliun. Beban tersebut semakin bertambah dengan adanya blast furnace. Upaya direksi memperbaiki KS pun menjadi tidak bisa maksimal.
"Justru saya tidak mengerti ada kepentingan apa yang bermain di KS ini jadi bonsai saja terus," katanya.
Kerugian KS sebagai produsen baja pun menurutnya tidak masuk akal. Dengan kebutuhan baja nasional 15-16 juta ton per tahun, KS baru bisa memenuhi sekitar 2,5 juta ton. Sementara total produksi industri baja nasional baru 7-8 juta ton, sehingga masih dibutuhkan produk baja impor.
"Kita kan masih kurang sebenarnya, harusnya industri baja ini tidak boleh rugi. Memang kemarin ada kebijakan post border, tapi kan sudah diperbaiki. Tapi sekali lagi disamping masalah eksternal, masalah internal ini yang harus diperbaiki," kata dia.
Ada Invisible Hand di Krakatau Steel
[Gambas:Video CNBC]
Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar atau sekitar Rp 35 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta.
(hps/hps) Next Article KRAS Raih Pendapatan US$ 689,8 Juta di Kuartal I 2023
"Kasian Krakatau Steel ini, tinggal tulang saja jadi jangan dijarah juga. Makanya saya mau tahu siapa invisible hand yang memaksakan ini, dan apa motifnya," kata Roy kepada CNBC Indonesia TV, Rabu (24/07/2019)
"Justru saya tidak mengerti ada kepentingan apa yang bermain di KS ini jadi bonsai saja terus," katanya.
Kerugian KS sebagai produsen baja pun menurutnya tidak masuk akal. Dengan kebutuhan baja nasional 15-16 juta ton per tahun, KS baru bisa memenuhi sekitar 2,5 juta ton. Sementara total produksi industri baja nasional baru 7-8 juta ton, sehingga masih dibutuhkan produk baja impor.
"Kita kan masih kurang sebenarnya, harusnya industri baja ini tidak boleh rugi. Memang kemarin ada kebijakan post border, tapi kan sudah diperbaiki. Tapi sekali lagi disamping masalah eksternal, masalah internal ini yang harus diperbaiki," kata dia.
Ada Invisible Hand di Krakatau Steel
[Gambas:Video CNBC]
Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar atau sekitar Rp 35 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$), naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar.
Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta.
(hps/hps) Next Article KRAS Raih Pendapatan US$ 689,8 Juta di Kuartal I 2023
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular