Rupiah Keok 2 Hari Berturut-turut, IHSG Finish di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 July 2019 16:46
Rupiah Keok 2 Hari Berturut-turut, IHSG Finish di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan cukup oke yakni apresiasi sebesar 0,16% ke level 6.443,71, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat bertahan di zona hijau untuk beberapa waktu sebelum akhirnya putar balik ke zona merah. Per akhir sesi dua, IHSG terkoreksi 0,46% ke level 6.403,81.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (-24,84%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,87%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,54%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-2,31%), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-0,96%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei melonjak 0,95%, indeks Shanghai naik 0,45%, indeks Hang Seng menguat 0,34%, indeks Straits Times terapresiasi 0,45%, dan indeks Kospi bertambah 0,39%.

Kemesraan AS-China di bidang perdagangan sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kini, terdapat kemungkinan yang sangat besar bahwa delegasi AS dan China akan segera menggelar negosiasi dagang secara tatap muka.

Pertemuan tatap muka antara delegasi kedua negara sangat mungkin dilakukan jika mencermati perkembangan positif yang ada saat ini. Melansir Bloomberg, kemarin (22/7/2019) waktu setempat Presiden AS Donald Trump mengundang pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi untuk membahas berbagai masalah perekonomian, termasuk kemungkinan dibukanya lagi perizinan bagi mereka untuk melakukan penjualan ke Huawei.

Google, Broadcom, Cisco, Intel, dan Qualcomm termasuk dalam deretan perusahaan yang pimpinannya hadir untuk menemui Trump. Dari pertemuan ini, AS diketahui akan mengkaji kemungkinan untuk melonggarkan sanksi yang diberikan kepada Huawei.

"Mereka (para pimpinan perusahaan teknologi) meminta keputusan dari Kementerian Perdagangan terkait dengan lisensi (untuk menjual ke Huawei) dalam waktu dekat dan Presiden setuju," tegas Juru Bicara Gedung Putih Judd Deere, dilansir dari Bloomberg.

Sementara itu, media milik pemerintah China menyebut bahwa pelonggaran atas sanksi yang dikenakan kepada Huawei akan membuat pihak China melanjutkan pembelian atas kedelai dan komoditas pertanian asal AS lainnya.

Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.

Kala itu, Trump menyebut bahwa China setuju untuk membeli produk agrikultur asal AS dalam jumlah yang besar. Namun pada pekan lalu, Trump mengatakan bahwa hingga kini China belum juga menepati janjinya tersebut.

Melansir Bloomberg, langkah yang diambil kedua negara saat ini (pelonggaran sanksi bagi Huawei dan pembelian produk agrikultur asal AS oleh China) dimaksudkan untuk membuka jalan bagi Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perdagangan AS Robert Lighthizer untuk bertandang ke China guna menggelar negosiasi dagang, di mana kunjungan ini rencanannya akan dilakukan pada pekan depan.

Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya yang sudah berlangsung begitu lama, perekonomian dunia tentu bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi. Sayang, depresiasi rupiah membuat sentimen positif berupa kemesraan AS-China di bidang perdagangan menjadi tak bisa mengangkat kinerja bursa saham tanah air. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,29% di pasar spot ke level Rp 13.980/dolar AS, menandai koreksi selama dua hari beruntun.

Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan bertindak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini sukses membuat rupiah babak belur.

Sejatinya, sempat membuncah optimisme yang begitu besar bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuannya bulan ini. Optimisme tersebut membuncah seiring dengan komentar yang dilontarkan John Williams selaku New York Federal Reserve President.

Williams mengatakan bahwa The Fed perlu untuk “bertindak cepat” di tengah pelemahan ekonomi yang saat ini tengah terjadi, dilansir dari CNBC International.

“Lebih baik untuk mengambil langkah pencegahan ketimbang menunggu datangnya bencana,” kata Williams.

Namun, pernyataan tersebut kemudian didinginkan oleh Federal Reserve Bank of New York yang menyebut bahwa pernyataan dari Williams tersebut bersifat akademis dan tidak mencerminkan arah kebijakan moneter dari bank sentral paling berpengaruh di dunia tersebut.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 23 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pertemuan bulan ini hanya tersisa 19,4%. Padahal sebelumnya, merespons pernyataan dari Williams, probabilitasnya sempat melonjak menjadi ke atas 50%.

Kini, pelaku pasar meyakini bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang akan dieksekusi oleh The Fed pada akhir bulan ini hanya sebesar 25 bps, di mana probabilitasnya mencapai 80,6%.

Kala The Fed tak kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan, imbal hasil dari instrumen berpendapatan tetap di AS akan berada di level yang relatif tinggi. Akibatnya, aliran modal asing berlarian meninggalkan rupiah dan menyemut di dolar AS.

Jika The Fed benar-benar tak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini dan juga pertemuannya di bulan-bulan mendatang, rupiah bisa terus dipukul mundur. Pada akhirnya, kinerja dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa terkena dampak negatif. Investor asing memegang peran penting dalam membuat IHSG terkoreksi pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 69 miliar di pasar reguler.

Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual di pasar saham tanah air menjadi opsi yang sangat mungkin untuk diambil. Apalagi, seperti sudah disebutkan di halaman sebelumnya, prospek rupiah juga tak oke jika Jika The Fed benar-benar tak kelewat dovish dalam pertemuannya bulan ini dan juga pertemuannya di bulan-bulan mendatang.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing pada hari ini di antaranya: PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (Rp 92,8 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 43,2 miliar), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 36,5 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 24,4 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 20,8 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular