Setelah Jatuh 2 Hari Beruntun, Rupiah Diangkat BI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 July 2019 16:16
Setelah Jatuh 2 Hari Beruntun, Rupiah Diangkat BI
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun selepas pengumuman suku bunga acuan, laju rupiah agak mengendur. 

Pada Kamis (18/7/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.950 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,11%. Kemudian rupiah terus terapresiasi hingga penguatannya mencapai 0,3%. 


Penyebabnya adalah ekspektasi investor terhadap prospek penurunan suku bunga acuan. Hari ini, Bank Indonesia (BI) mengumumkan suku bunga acuan di mana konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi penurunan 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. 

Dengan penurunan suku bunga acuan, investor berharap kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik karena saat ini aura perlambatan begitu terasa. BI memperkirakan ekonomi kuartal II-2019 tumbuh hampir sama dengan kuartal sebelumnya. Padahal pada kuartal II ada Ramadan, Idul Fitri, sampai Pemilu yang seharusnya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. 

Penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate diharapkan mampu menular ke suku bunga kredit perbankan. Ketika suku bunga kredit sudah turun, maka rumah tangga dan dunia usaha punya ruang untuk berekspansi sehingga mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. 

Didorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi domestik yang membaik. Investor memberi apresiasi terhadap rupiah. Bahkan rupiah sempat menjadi mata uang terkuat di Asia. 

Baca:
BI: Jika Bunga Tak Turun, Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5,2%!

Akhirnya yang dinanti pun tiba. Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI diumumkan, dan hasilnya sesuai perkiraan. BI 7 Day Reverse Repo Rate turun ke 5,75%. 

Akan tetapi, rupiah malah mengendur selepas pengumuman ini. Sepertinya investor melakukan prinsip buy the rumour and sell the news. Lakukan akumulasi beli begitu ekspektasi terbentuk, dan jual ketika harapan itu terwujud. Ini adalah hal yang lazim di pasar. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 





Namun, kita tetap patut bersyukur. Sebab keputusan BI yang tidak 'mengkhianati' kehendak pasar membuat rupiah menguat. Apresiasi ini memutus rantai pelemahan yang sebelumnya terjadi dua hari beruntun.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sore ini, mayoritas mata uang utama Asia juga berhasil menguat di hadapan dolar AS. Namun sayang, rupiah tidak lagi jadi mata uang terbaik. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:11 WIB: 




Bukan hanya di Asia, dolar AS juga menderita di level global. Pada pukul 15:43 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,16%. 

Kelesuan dolar AS terjadi seiring rilis Beige Book oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. Beige book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian. Buku ini berwarna beige, sehingga disebut Beige Book. 

Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas. Penjualan ritel naik tipis sementara penjualan kendaraan bermotor datar-datar saja. Lalu produksi manufaktur juga flat, dan produksi pertanian malah turun karena curah hujan yang tinggi.

"Meski beberapa negara bagian melaporkan adanya ekspansi ekonomi, tetapi tetapi yang lainnya menyebutkan ada perlambatan meski masih terbatas. Proyeksi ekonomi secara umum masih positif dengan perkiraan pertumbuhan dalam kisaran terbatas, meski ada kekhawatiran dampak negatif terutama dari ketidakpastian di sektor perdagangan," demikian tulis Beige Book The Fed. 

Pelaku pasar menilai proyeksi ini cenderung suram, sehingga kebutuhan untuk penurunan suku bunga acuan semakin mendesak. Bahkan sampai akhir tahun, Federal Funds Rate diperkirakan bisa turun 75 bps. 

Mengutip CME Fedwatch. probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sampai 75 bps tahun ini adalah 39%. Lebih tinggi ketimbang penurunan 50 bps yaitu 27,8%. 

Perkembangan ini membuat dolar AS tertekan. Penurunan suku bunga acuan, apalagi lumayan agresif, akan membuat dolar AS kehilangan daya tarik. 


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular