Menunggu 'Umpan Lambung' BI, Rupiah Sulit Bergerak

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 July 2019 08:57
Rilis Data dari The Fed Bebani Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sementara di level regional, mayoritas mata uang utama Asia juga mampu menguat di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:31 WIB: 

 

Tidak hanya di Asia, dolar AS juga tertekan secara global. Pada pukul 08:34 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,11%.  

Penyebabnya adalah rilis Beige Book oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed. Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian. Buku ini berwarna beige, sehingga disebut Beige Book. 

Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas. Penjualan ritel naik tipis sementara penjualan kendaraan bermotor datar-datar saja. Sementara produksi manufaktur juga mendatar, dan produksi pertanian malah turun karena curah hujan tinggi.

"Beberapa negara bagian melaporkan adanya ekspansi ekonomi, tetapi yang lainnya menyebutkan ada perlambatan meski masih terbatas. Proyeksi ekonomi secara umum masih positif dengan perkiraan pertumbuhan dalam kisaran terbatas, meski ada kekhawatiran dampak negatif terutama dari ketidakpastian di sektor perdagangan," demikian tulis Beige Book The Fed. 

Pelaku pasar menilai proyeksi ini cenderung suram, gloomy, sehingga kebutuhan untuk penurunan suku bunga acuan semakin mendesak. Bahkan sampai akhir tahun, Federal Funds Rate diperkirakan bisa turun 75 bps. 

Mengutip CME Fedwatch. probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sampai 75 bps tahun ini adalah 39%. Lebih tinggi ketimbang penurunan 50 bps yaitu 27,8%. 

Perkembangan ini membuat dolar AS tertekan. Penurunan suku bunga acuan, apalagi lumayan agresif, akan membuat dolar AS kehilangan daya tarik. Berinvestasi di dolar AS menjadi kurang cuan, wong suku bunga turun. 

Oleh karena itu, dolar AS mengalami tekanan jual. Arus modal berdatangan ke berbagai penjuru, termasuk ke Asia. Sayang, rupiah belum terlalu menikmatinya karena investor masih wait and see.  

Sekarang bola di kaki BI. Pasar menunggu ke mana BI akan mengoper. Semoga BI memberikan umpan lambung yang matang sehingga bisa disundul oleh perekonomian nasional untuk mencetak gol.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular