Lelah Tunggu Pengumuman BI, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 July 2019 16:10
Lelah Tunggu Pengumuman BI, Rupiah Terlemah Kedua di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah sejak pembukaan pasar, tidak pernah sedikit pun mencicipi zona hijau.

Pada Rabu (17/7/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.975 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar, rupiah memang sudah melemah tetapi 'hanya' 0,07%. Selepas itu depresiasi rupiah malah semakin dalam sehingga dolar AS nyaman di kisaran Rp 13.900.

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:



Sebelum tengah hari, rupiah bahkan sempat menjadi mata uang terlemah di Asia. Namun saat pasar spot valas Indonesia ditutup, rupiah berada di posisi kedua terbawah. Peso Fiipina yang menempati posisi juru kunci.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:05 WIB:





(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Tampak bahwa hampir seluruh mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS, hanya dolar Hong Kong yang masih bisa menguat (itu pun sangat terbatas). Tidak cuma di Asia, dolar AS juga perkasa di level global. Pada pukul 15:07 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%.

Dolar AS mendapat tenaga dari rilis data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam. Penjualan ritel pada Juni tumbuh 0,4% month-on-month (MoM), sama seperti laju pertumbuhan bulan sebelumnya. Namun angka ini lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 0,1%.

Data ini menunjukkan ekonomi AS masih ekspansif. Oleh karena itu, muncul keraguan di benak pelaku pasar. Apakah dengan begitu Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) benar-benar akan memangkas suku bunga acuan secara agresif?

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Jerome 'Jay' Powell dan sejawat untuk menurunkan Fed Funds Rate sebanyak tiga kali hingga akhir 2019 masih lumayan tinggi, yaitu 36,4%. Namun angka tersebut turun dibandingkan kemarin yaitu 37,7%.

Sedikit saja kebimbangan di pasar sudah menjadi energi buat dolar AS. Mata uang Negeri Adidaya memang tidak bisa diberi angin sedikit pun, karena bisa menguat meski hanya memiliki peluang yang tipis.

Selain itu, investor juga agak mencemaskan perkembangan dialog dagang AS-China. Dalam sidang kabinet di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa perundingan dagang dengan China masih panjang. Trump mengingatkan Washington belum mencabut rencana pengenaan bea masuk baru bagi importasi produk-produk made in China senilai US$ 325 miliar jika tidak ada kata sepakat dengan Beijing.

"China juga semestinya membeli lebih banyak produk pertanian AS. Kita lihat saja," ujar Trump, seperti diwartakan Reuters.

Perkembangan ini membuat pelaku pasar agak grogi. Akibatnya, mode bermain aman kembali terpasang dan aset-aset berisiko di negara berkembang Asia kekurangan peminat.

Sementara dari dalam negeri, sepertinya investor harap-harap cemas menantikan pengumuman suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) esok hari. Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, 12 dari 14 institusi memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan rekan menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Dua sisanya meramal suku bunga acuan dipertahankan di angka 6%.


Jika BI benar-benar menurunkan suku bunga acuan, maka akan menjadi penurunan pertama sejak Agustus 2017. Sepanjang 2018, bunga acuan tidak pernah turun, yang ada malah naik enam kali.



BI memperkirakan ekonomi kuartal II-2019 melandai, tumbuh tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Oleh karena itu, investor menantikan kehadiran stimulus baru untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yaitu penurunan suku bunga acuan.

Pasar menunggu sikap BI, apakah masih sekadar menjadi 'penjaga' stabilitas atau sudah berubah menjadi agen pendorong pertumbuhan ekonomi. Sambil menunggu, lebih baik bermain aman dulu. Kalau sudah ada kejelasan, mungkin investor baru berani mengambil posisi lebih jelas.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular