Dari Awal Meragukan, Penutupan Sesi I IHSG Akhirnya Jebol

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 July 2019 12:53
Surplus Neraca Dagang Tak Lagi Bertaji
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dari dalam negeri, surplus neraca dagang yang kemarin sukses mengerek kinerja IHSG tak lagi mampu menunjukkan tajinya pada hari ini.

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Juni 2019 mengalami penurunan sebesar 8,98% secara tahunan (year-on-year/YoY), sedikit lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkoreksi sebesar 8,3% YoY. Sementara itu, impor tercatat tumbuh 2,8% YoY, jauh lebih baik ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 5,26% YoY.

Dengan begitu, surplus neraca dagang pada bulan Juni tercatat senilai US$ 196 juta. Neraca dagang berhasil mencetak surplus selama dua bulan beruntun, walaupun surplus pada bulan Juni berada di bawah ekspektasi yang senilai US$ 516 juta.

Walaupun surplus tercatat lebih rendah dari ekspektasi, pelaku pasar tampak menyusukuri surplus yang bisa dibukukan. Pasalnya dengan surplus yang ada, membuncah harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi bisa ditekan.

Seiring dengan mebuncahnya optimisme bahwa CAD akan menjadi bisa ditekan, rupiah mencetak apresiasi sebesar 0,11% di pasar spot ke level Rp 13.900/dolar AS. Apresiasi rupiah seharusnya bisa membuat minat pelaku pasar saham untuk melakukan aksi beli tetap terjaga.

Aksi jual di pasar saham tanah air dipicu oleh kekhawatiran bahwa Bank Indonesia (BI) belum akan memangkas tingkat suku bunga acuannya pada pertemuan bulan ini. Walau ada sinyal yang luar biasa kuat dari The Fed terkait dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan, hingga kini sinyal serupa belum bisa didapati dari BI.

Hingga kini, MH Thamrin belum buka suara lagi terkait dengan peluang dipangkasnya BI 7-day Reverse Repo Rate.

Hal ini sejatinya bisa dimaklumi. Menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG), ada yang namanya black period di mana para pejabat bank sentral menutup mulutnya rapat-rapat terkait arah kebijakan suku bunga acuan.

Sebagai informasi, RDG BI pada bulan ini akan digelar pada tanggal 17 dan 18.

Sekedar mengingatkan, selepas menggelar pertemuan selama dua hari pada bulan lalu, BI memutuskan untuk mempertahankan 7-Day Reverse Repo Rate di level 6%. Dalam konferensi persnya, Gubernur BI Perry Warjiyo terlihat jelas masih galau dalam memangkas tingkat suku bunga acuan di masa depan.

Perry menyebutkan bahwa pihaknya masih akan mencermati kondisi pasar keuangan global utamanya terkait perang dagang AS-China dan posisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sebelum memangkas tingkat suku bunga acuan.

“…sementara kebijakan suku bunga kami sampaikan kami cermati kondisi pasar global dan NPI dalam pertimbangkan (pemangkasan) suku bunga,” kata Perry di Gedung BI, Kamis (20/6/2019).

Di tengah laju perekonomian tanah air yang sedang lesu, sejatinya Indonesia sangat memerlukan yang namanya pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi periode kuartal I-2019 diumumkan di level 5,07% secara tahunan oleh BPS, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19% YoY.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular