Saham IPO Memang Cuan Besar Saat Listing, Ternyata Bahaya!

Monica Wareza, CNBC Indonesia
15 July 2019 14:31
Kenaikan harga saham tidak ditopang oleh volume, nilai dan frekuensi yang memadai, bahkan tak tampak ada volatilitas atau harga langsung melesat saat transaksi.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis menilai ada kecenderungan tidak rasional saat harga saham yang baru tercatat (listing) naik tinggi danĀ  menembus batas atas auto rejection. Kenaikan harga saham tidak ditopang oleh volume, nilai dan frekuensi yang memadai, bahkan tak tampak ada volatilitas atau harga langsung melesat saat transaksi dimulai.

Analis Koneksi Capital Alfred Nainggolan mengatakan kenaikan harga ini tak dibarengi dengan informasi rencana atau kinerja perusahaan sesuai dengan kenaikan harga yang dahsyat ini.

"Kalau dari sisi substansi kenaikannya tampak irasional, karena naiknya signinfikan dan tidak cuma di hari pertama saja, tapi di hari kedua dan ketiga juga naik. Sedangkan kalau informasi tidak banyak berubah, artinya kenaikan ini tidak ngaruh dengan fundamentalnya," kata Alfred kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Kenaikan yang signifikan ini juga akan membuat saham ini juga lebih mudah turun drastis saat mencapai level harga tertentu, saat sudah naik tinggi.

"Kondisi ini membuat investor harus hati-hati juga dengan kenaikan yang terjadi di tahun ini. Karena kalau tidak irasional kemungkinan fluktuasinya akan sangat tinggi, semakin tinggi naik maka peluang turunnya juga makin besar," lanjut dia.

Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyarankan agar investor tak mudah tergoda dengan saham-saham seperti ini. Ada baiknya jika investor terlebih dahulu memperhatikan mengenai fundamental perusahaan.

"Liat fundamental perusahaan, apa kinerjanya jadi tidak bisa sembarangan membeli. Namanya pasar ada demand ya harganya naik," tegas dia.

Selain fundamental perusahaan, sebaiknya investor juga mencari track record dari manajemen perusahaan yang mengelola. Sehingga tak sembarang membeli saham hanya karena harganya yang naik saja.

Perlu diketahui, sejak awal tahun tahun hingga pekan kedua Juli 2019, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah kedatangan 32 emiten baru yang mencatatkan saham di papan perdagangan, baik papan utama maupun papan pengembangan.

Menariknya, tahun ini mayoritas harga saham perusahaan yang listing mengalami pergerakan hingga auto reject atas (ARA). Auto reject adalah pembatasan maksimum dan minimum untuk kenaikan dan penurunan harga suatu saham di BEI dalam satu hari dengan tujuan untuk menciptakan perdagangan yang wajar.

Dari 32 emiten baru, 21 diantaranya mengalami auto reject saat diperdagangkan perdana.

Ini Sederet IPO dengan Nilai Jumbo
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Baru Listing, Saham Emiten Properti Asal Batam Melesat 34%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular