Dolar AS Jaya di Asia, Rupiah Jadi Korbannya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 July 2019 12:15
Data-data di Asia tidak mendukung arus modal untuk masuk ke kawasan ini. Pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal II-2019 tercatat hanya 0,1% year-on-year (YoY), jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,1%. Angka 0,1% menjadi yang terendah sejak kuartal I-2013.
Kemudian di Malaysia, jumlah pengangguran terbuka pada Mei naik 3% secara YoY menjadi 519.800. Sementara produksi industrial di Negeri Harimau Malaya pada bulan yang sama tumbuh 4% YoY, sama seperti laju pertumbuhan April.
Selain itu, tampaknya investor agak mengabaikan paparan hari kedua Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Komite Perbankan Senat. Namun karena semua hal besar sudah keluar pada pidato pertama, yang kedua menjadi kurang istimewa. Meski di paparan kedua ini Powell sudah lebih jelas mengungkapkan bahwa sepertinya penurunan suku bunga acuan sudah tidak bisa terhindarkan lagi.
"Saya rasa kolega-kolega di FOMC (Federal Open Market Committee, komite pengambil kebijakan The Fed) sampai pada pandangan bahwa sudah cukup layak untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
"Dunia usaha mulai menunda investasinya. Kami melihat investasi melemah setelah cukup kuat pada 2017 dan 2018. Investasi sangat penting, dan sudah terlihat ada perlambatan karena ketidakpastian perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global," papar Powell, dikutip dari Reuters.
Walau sudah semakin jelas bahwa suku bunga acuan bakal segera turun, tetapi pelaku pasar tidak terlalu terkejut. Sebab semua sudah masuk perhitungan, sudah dikalkulasikan, sejak pidato pertama Powell kemarin. Agak basi.
Oleh karena itu, dolar AS bisa mulai melawan balik setelah kemarin tertekan seharian. Namun penguatan dolar AS sangat terbatas, karena sekadar technical rebound.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Kemudian di Malaysia, jumlah pengangguran terbuka pada Mei naik 3% secara YoY menjadi 519.800. Sementara produksi industrial di Negeri Harimau Malaya pada bulan yang sama tumbuh 4% YoY, sama seperti laju pertumbuhan April.
"Saya rasa kolega-kolega di FOMC (Federal Open Market Committee, komite pengambil kebijakan The Fed) sampai pada pandangan bahwa sudah cukup layak untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
"Dunia usaha mulai menunda investasinya. Kami melihat investasi melemah setelah cukup kuat pada 2017 dan 2018. Investasi sangat penting, dan sudah terlihat ada perlambatan karena ketidakpastian perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global," papar Powell, dikutip dari Reuters.
Walau sudah semakin jelas bahwa suku bunga acuan bakal segera turun, tetapi pelaku pasar tidak terlalu terkejut. Sebab semua sudah masuk perhitungan, sudah dikalkulasikan, sejak pidato pertama Powell kemarin. Agak basi.
Oleh karena itu, dolar AS bisa mulai melawan balik setelah kemarin tertekan seharian. Namun penguatan dolar AS sangat terbatas, karena sekadar technical rebound.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular