Secercah Harapan Ekonomi Global Dongkrak Harga Batu Bara

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 July 2019 11:52
Harga batu baca acuan global, Newcastle, berbalik arah menguat setelah terkoreksi dalam dua hari beruntun.
Foto: doc.ABM Investama
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara acuan global, Newcastle, berbalik arah menguat setelah terkoreksi dua hari beruntun.

Pada penutupan perdagangan hari Selasa (9/7/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Agustus menguat 0,13% ke level US$ 76,35/metrik ton. Sehari sebelumnya, harga batu bara anjlok hingga 1,29%.

Penguatan harga batu bara didorong oleh sejumlah sentimen global.



Salah satunya adalah harapan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang muncul kembali.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow mengatakan bahwa tim negosiator AS dan China telah melakukan dialog yang 'konstruktif' melalui sambungan telepon hari Selasa (9/7/2019).

Kabar tersebut menandai dimulainya babak baru dialog dagang AS-China. Pasalnya, itu merupakan dialog pertama tim negosiator kedua negara setelah terjadinya eskalasi perang tarif bulan lalu.

Sebagaimana yang telah diketahui, Presiden AS Donald Trump telah menaikkan bea impor produk China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%) mulai 13 Mei 2019. Pemerintah China pun ikut memberikan tarif tambahan sebesar 5-25% atas produk asal AS senilai US$ 60 miliar.

Kenaikan tarif tersebut terjadi meskipun dialog dagang kerap kali dilakukan sejak awal tahun 2018. Beberapa kali tim negosiator AS terbang ke Beijing untuk berunding langsung dengan pihak China. Tak jarang tim negosiator China juga bertandang ke Washington demi menyelesaikan sengketa dagang.

Namun apa daya, pada awal bulan Mei, Trump mengklaim China telah menarik diri dari beberapa komitmen dagang yang pernah dibuat. Alhasil kenaikan tarif tidak dapat dihindari.

Namun kini, dua raksasa ekonomi dunia telah kembali menunjukkan itikad untuk menyelesaikan masalah perdagangan. Harapan damai dagang masih bersisa, meskipun belakangan Kudlow mengatakan 'tidak ada keajaiban'. Dirinya masih belum yakin akan hasil dari perundingan.

Jika benar AS-China tidak lagi saling hambat perdagangan, maka perekonomian global bisa kembali di gas.

Selain itu, ada pula harapan penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Fed dalam waktu dekat.

Sebagai informasi, akhir bulan Juli Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) The Fed akan mengadakan rapat bulanan. Dalam rapat tersebut akan diumumkan tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).

Mengutip CME Fedwatch hari Rabu (10/7/2019), probabilitas FFR turun sebesar 25 basis poin di rapat FOMC bulan Juli mencapai 98,2%. Naik dari posisi satu hari sebelumnya sebesar 93,6%.

Penurunan suku bunga merupakan salah satu kebijakan pelonggaran moneter yang berpeluang mendorong pertumbuhan ekonomi. Pasar modal akan kebanjiran likuiditas, sehingga badan usaha semakin mudah mendapatkan kredit.

Kala perekonomian AS tumbuh lebih cepat, maka dampaknya juga akan dirasakan seluruh dunia. Maklum saja, Negeri Paman Sam merupakan negara dengan perekonomian terbesar di planet bumi.

Pertumbuhan permintaan energi seringkali bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi. Kala ekonomi melaju kencang, maka permintaan energi, yang sebagian besar berasal dari batu bara, bisa ikut terangkat.

Pelaku pasar pun mulai mengapresiasi harga batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular