Ragu di Awal, IHSG Tancap Gas Susul Bursa Asia Lainnya

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 July 2019 09:35
Ragu di Awal, IHSG Tancap Gas Susul Bursa Asia Lainnya
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan koreksi tipis sebesar 0,01% ke level 6.351,49. Namun, dengan cepat indeks saham acuan di Indonesia tersebut membalikkan keadaan.

Pada pukul 09:25 WIB, IHSG sudah membukukan apresiasi sebesar 0,49% ke level 6.382,64.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,29%, indeks Straits Times menguat 0,41%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,02%.

Bursa saham regional berhasil membalikkan pasca sudah membukukan koreksi pada perdagangan kemarin (8/7/2019). Pada perdagangan kemarin, indeks Nikkei ditutup turun 0,98%, indeks Straits Times jatuh 0,97%, dan indeks Kospi melemah 2,2%. Sementara itu, IHSG melemah 0,34% pada perdagangan kemarin, menandai koreksi selama dua hari beruntun.

Koreksi yang sudah relatif dalam tersebut praktis membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini.

Namun, intensitas aksi beli tersebut dibatasi oleh penantian atas dialog dagang AS-China yang rencananya akan digelar pada pekan ini.

Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang belum lama ini, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.

Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.

Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada pekan lalu kemudian menyebut bahwa perwakilan kedua negara sedang mengorganisir rencana untuk menggelar dialog antar delegasi AS dan China pada pekan ini.

"Dialog (dengan China) akan berlanjut pada pekan depan," kata Kudlow, dilansir dari Reuters.

Seorang pejabat dari Kantor Perwakilan Dagang AS menyebut bahwa dialog yang sedang diorganisir adalah dialog yang melibatkan pejabat tingkat tinggi dari kedua negara, yang recananya akan dilakukan melalui sambungan telepon.

Sebagai informasi, pejabat tingkat tinggi dalam hal perdagangan dari sisi AS adalah Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Dari pihak China, pejabat tingkat tinggi yang dimaksud adalah Wakil Perdana Menteri Liu He.

Kalau sampai negosiasi tak berjalan dengan baik, ada kemungkinan bahwa AS akan mengabaikan gencatan senjata yang sudah disepakati dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar. Sebelum menyepakati gencatan senjata dengan China, ancaman ini sudah sangat sering ditebar oleh Trump.
Dari dalam negeri, aksi beli yang dilakukan investor dibatasi oleh proyeksi Bank Indonesia (BI) bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2019 akan melandai atau lebih rendah dari kuartal II-2018 lalu. Pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2019 akan kurang lebih sama dari capaian pada kuartal I-2019 kemarin.

"Berdasarkan survei dunia usaha, survei eceran, ekspor-impor dan kami juga sampaikan RDG PDB triwulan II-2019 ini melandai," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di Gedung DPR, Senin (8/7/2019).

"Itu yang kami sampaikan kurang lebih 5,07%-5,1% ya seperti itu."

Lebih jauh, Perry menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia pada kuartal II-2019 ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang kuat lantaran ada kehadiran Idul Fitri dan Pemilu.

Namun sayang, ekspor tak bisa diharapkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi lantaran ekspor manufaktur dan komoditas yang masih loyo.

Sebagai informasi, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,27% secara tahunan pada kuartal II-2018. Untuk periode kuartal I-2019, pertumbuhan ekonomi tercatat di level 5,07% secara tahunan, jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,19%.

Kala pertumbuhan ekonomi lesu, tentu pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga akan tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular