Data Tenaga Kerja AS Positif, Yen Jepang Babak-belur (Lagi)

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 July 2019 10:13
Mata uang yen Jepang melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (5/7/19) pekan lalu.
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Yuriko Nakao/Files)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (5/7/19) pekan lalu, pascarilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam.

Pelemahan yen masih berlanjut pada hari ini, Senin (8/7/19), pada pukul 6:40 WIB, yen diperdagangkan di kisaran 108,5/US$ atau melemah 0,06% setelah terkoreksi 0,61% pada perdagangan Jumat di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data tenaga kerja yang terdiri dari penyerapan pekerja di luar sektor pertanian (Non-Farm Payroll), tingkat pengangguran, serta  rata-rata gaji per jam pada Jumat malam.

Data Tenaga Kerja AS Bawa Yen ke Level Terlemah Dua PekanFoto: HUT Amerika Serikat di Washington D.C. (REUTERS/Carlos Barria)

Non-farm payroll
 dilaporkan bertambah sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang. Sementara tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,6% tetapi masih dekat level terendah 50 tahun.

Pada periode yang sama, rata-rata gaji per jam naik 0,2% month-on-month dan 3,1% year-on-year.


Rilis data tenaga kerja AS tersebut cukup bagus dan mengubah prediksi pelaku pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Jika sebelumnya pelaku pasar memprediksi The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini, kini menjadi maksimal dua kali.

Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group. Sebelum data tenaga kerja tersebut dirilis, pelaku pasar memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga yakni di bulan Juli, September dan Desember, masing-masing sebesar 25 basis poin hingga menjadi 1,50%-1,75%.

Namun kini pelaku pasar hanya memprediksi maksimal dua kali pemangkasan, dan di akhir 2019 suku bunga bank sentral paling powerful di dunia ini berada di kisaran 1,75%-2,00%, berdasarkan perangkat FedWatch.

Hingga akhir Juni lalu, dolar masih cenderung tertekan melawan yen, bahkan mencapai level terlemah dalam 6 bulan. Setelah rilis data tenaga kerja tersebut membuat dolar AS meraih momentum penguatan, dan berbalik menekan yen hingga ke level terlemahnya dalam 2 pekan terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas) Next Article Bursa Saham Asia Jeblok, Yen Jepang Kian Bersinar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular