
Akhirnya! Harga CPO Naik Setelah 7 Hari Merosot
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 July 2019 11:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terkoreksi selama tujuh hari beruntun, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) akhirnya berbalik arah menguat. Hubungan dagang Amerika Serikat (AS)-China yang mulai membaik membuat pelaku pasar yakin permintaan CPO akan meningkat ke depan.
Pada perdagangan hari Senin (1/7/2019) pukul 10:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September menguat 1,23% ke level MYR 1.975/ton (US$ 477,9/ton).
Meski demikian, dalam sepekan terakhir harga CPO tercatat melemah hingga 3,51%.
Sabtu (29/7/2019), Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, telah sepakat untuk melanjutkan proses dialog terkait perdagangan.
Trump juga telah setuju untuk menunda pengenaan tarif 25% pada produk China senilai US$ 300 miliar. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan merupakan objek dari perang dagang.
Raksasa teknologi asal China, Huawei, juga telah diberi lampu hijau untuk membeli produk buatan perusahaan AS yang tidak berhubungan dengan masalah keamanan nasional. Sebagai gantinya, China setuju untuk kembali berunding dan berjanji akan membeli lebih banyak produk-produk pertanian asal AS.
"Kami sudah kembali ke trek. Kami akan menahan (kenaikan tarif) bea masuk dan China akan membeli lebih banyak produk pertanian AS," tegas Trump usai pertemuan dengan Xi, seperti dikabarkan Reuters.Â
Setidaknya, tidak ada eskalasi perang dagang yang berisiko membuat ekonomi global semakin terbebani.
Sebelumnya, beberapa analis memprediksi perekonomian dunia bisa mengalami resesi jika perang dagang tereskalasi akibat adanya tarif baru antara AS-China.
Aktivitas industri yang mana merupakan sumber permintaan komoditas bahan baku dapat dipertahankan. Begitu pula permintaan CPO yang banyak pada industri makanan/minuman dan energi.
Selain itu, janji China untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS juga memberi dorongan pada harga minyak sawit, melalui minyak kedelai. Membeli semakin banyak artinya inventori kedelai AS akan berkurang dan harganya terangkat.
Terlebih China merupakan pembeli kedelai paling banyak dan dapat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) secara signifikan.
Pergerakan harga minyak kedelai seringkali memberikan pengaruh searah pada harga CPO. Itu karena keduanya merupakan produk substitusi yang saling bersaing di pasar minyak nabati global.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Awan Kelabu Belum Hilang Tapi Harga CPO Menguat, Kok Bisa?
Pada perdagangan hari Senin (1/7/2019) pukul 10:30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September menguat 1,23% ke level MYR 1.975/ton (US$ 477,9/ton).
Meski demikian, dalam sepekan terakhir harga CPO tercatat melemah hingga 3,51%.
Sabtu (29/7/2019), Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping, telah sepakat untuk melanjutkan proses dialog terkait perdagangan.
Trump juga telah setuju untuk menunda pengenaan tarif 25% pada produk China senilai US$ 300 miliar. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan merupakan objek dari perang dagang.
Raksasa teknologi asal China, Huawei, juga telah diberi lampu hijau untuk membeli produk buatan perusahaan AS yang tidak berhubungan dengan masalah keamanan nasional. Sebagai gantinya, China setuju untuk kembali berunding dan berjanji akan membeli lebih banyak produk-produk pertanian asal AS.
"Kami sudah kembali ke trek. Kami akan menahan (kenaikan tarif) bea masuk dan China akan membeli lebih banyak produk pertanian AS," tegas Trump usai pertemuan dengan Xi, seperti dikabarkan Reuters.Â
Setidaknya, tidak ada eskalasi perang dagang yang berisiko membuat ekonomi global semakin terbebani.
Sebelumnya, beberapa analis memprediksi perekonomian dunia bisa mengalami resesi jika perang dagang tereskalasi akibat adanya tarif baru antara AS-China.
Aktivitas industri yang mana merupakan sumber permintaan komoditas bahan baku dapat dipertahankan. Begitu pula permintaan CPO yang banyak pada industri makanan/minuman dan energi.
Selain itu, janji China untuk membeli lebih banyak produk pertanian AS juga memberi dorongan pada harga minyak sawit, melalui minyak kedelai. Membeli semakin banyak artinya inventori kedelai AS akan berkurang dan harganya terangkat.
Terlebih China merupakan pembeli kedelai paling banyak dan dapat mempengaruhi keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) secara signifikan.
Pergerakan harga minyak kedelai seringkali memberikan pengaruh searah pada harga CPO. Itu karena keduanya merupakan produk substitusi yang saling bersaing di pasar minyak nabati global.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/hps) Next Article Awan Kelabu Belum Hilang Tapi Harga CPO Menguat, Kok Bisa?
Most Popular