
Awan Kelabu Belum Hilang Tapi Harga CPO Menguat, Kok Bisa?
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 June 2019 11:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah anjlok dan menyentuh titik terendah sejak November 2018, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) berbalik arah menguat.
Pada perdagangan hari Kamis (27/6/2019) pukul 11:00 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) naik 0,97% ke level US$ 1.985/ton.
Sehari sebelumnya (26/6/2019), harga CPO ditutup melemah 0,76% di posisi MYR 1.966/ton yang merupakan posisi terendah sejak 27 November 2018.
Penguatan harga CPO hari ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah produk saingannya.
Harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) kemarin menguat 0,5%. Sementara harga minyak kedelai di bursa Dalian, China juga naik 0,6%.
Pergerakan harga minyak kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO. Pasalnya kedua produk tersebut merupakan substitusi satu sama lain. Mereka saling bersaing di pasar minyak nabati global.
Selain itu, harga CPO juga sudah rentan mengalami rebound teknikal. Wajar, karena sudah melemah hingga lima hari beruntun dengan total nilai koreksi sebesar 3,34%.
Namun, sejatinya pasar komoditas CPO global tengah berada dalam tekanan yang cukup kuat. Hal itu utamanya disebabkan oleh permintaan global yang masih lesu.
Buktinya, tiga lembaga survei (Amspec Agri Malaysia, Intertek Testing Services, dan Societe Generale de Surveillance) mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang 1-25 Juni turun pada kisaran 15,3%-17,8% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Itu membuat pasokan yang selama ini sudah menumpuk akan semakin sulit untuk dikurangi.
Sebagai informasi, per akhir tahun 2018, stok minyak sawit di Malaysia membengkak menjadi 3,21 juta ton dan merupakan yang tertinggi dalam 19 tahun terakhir.
Meskipun per akhir Mei 2019 sudah berkurang menjadi 2,44 juta ton, tapi masih lebih tinggi 11,4% dibanding Mei 2018.
Bila ekspor melambat, maka ada stok naik lagi. Bukan berita bagus tentunya karena membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) menjadi timpang.
Awan kelabu di pasar minyak sawit pun sulit dihilangkan.
Sebagai informasi, data resmi pemerintah Malaysia Palm Oil Board (MPOB) terkait produksi, ekspor, dan stok akhir minyak sawit Negeri Jiran periode Juni akan dirilis bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Akhirnya! Harga CPO Naik Setelah 7 Hari Merosot
Pada perdagangan hari Kamis (27/6/2019) pukul 11:00 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) naik 0,97% ke level US$ 1.985/ton.
Sehari sebelumnya (26/6/2019), harga CPO ditutup melemah 0,76% di posisi MYR 1.966/ton yang merupakan posisi terendah sejak 27 November 2018.
Penguatan harga CPO hari ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah produk saingannya.
Harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) kemarin menguat 0,5%. Sementara harga minyak kedelai di bursa Dalian, China juga naik 0,6%.
Pergerakan harga minyak kedelai biasanya akan memberi pengaruh searah pada harga CPO. Pasalnya kedua produk tersebut merupakan substitusi satu sama lain. Mereka saling bersaing di pasar minyak nabati global.
Selain itu, harga CPO juga sudah rentan mengalami rebound teknikal. Wajar, karena sudah melemah hingga lima hari beruntun dengan total nilai koreksi sebesar 3,34%.
Namun, sejatinya pasar komoditas CPO global tengah berada dalam tekanan yang cukup kuat. Hal itu utamanya disebabkan oleh permintaan global yang masih lesu.
Buktinya, tiga lembaga survei (Amspec Agri Malaysia, Intertek Testing Services, dan Societe Generale de Surveillance) mengatakan ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang 1-25 Juni turun pada kisaran 15,3%-17,8% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya.
Itu membuat pasokan yang selama ini sudah menumpuk akan semakin sulit untuk dikurangi.
Sebagai informasi, per akhir tahun 2018, stok minyak sawit di Malaysia membengkak menjadi 3,21 juta ton dan merupakan yang tertinggi dalam 19 tahun terakhir.
Meskipun per akhir Mei 2019 sudah berkurang menjadi 2,44 juta ton, tapi masih lebih tinggi 11,4% dibanding Mei 2018.
Bila ekspor melambat, maka ada stok naik lagi. Bukan berita bagus tentunya karena membuat keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) menjadi timpang.
Awan kelabu di pasar minyak sawit pun sulit dihilangkan.
Sebagai informasi, data resmi pemerintah Malaysia Palm Oil Board (MPOB) terkait produksi, ekspor, dan stok akhir minyak sawit Negeri Jiran periode Juni akan dirilis bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Akhirnya! Harga CPO Naik Setelah 7 Hari Merosot
Most Popular