Jokowi Kian Dekat ke Istana, Rupiah Terbaik di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 June 2019 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Semakin dekatnya Joko Widodo (Jokowi) kembali ke Istana Negara menjadi sentimen positif bagi mata uang Tanah Air.
Pada Kamis (27/6/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.135 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Hari ini, investor menantikan hasil putusan sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK). Sidang dimulai sekira pukul 12:30 WIB. Saat ini sidang masih berlangsung, tetapi dari jalannya pembacaan putusan sepertinya angin tidak berpihak kepada pihak pemohon, kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Misalnya argumen pemohon soal pencairan gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pembangunan infrastruktur sebagai upaya vote buying dari capres petanaha (incumbent) Joko Widodo/Jokowi. Mahkamah menilai kebijakan tersebut bukan upaya vote buying, karena merupakan program pemerintah yang diamanatkan dalam UU APBN yang disepekati bersama dengan DPR. Melaksanakan APBN adalah tugas pemerintah.
Kemudian soal tudingan bahwa Polri membentuk tim buzzer di media sosial untuk kampanye pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Mahkamah menilai informasi tersebut hanya datang dari akun pseudonym yang kontennya kebanyakan bersifat hoaks sehingga tidak layak menjadi alat bukti. Selain itu, bukti-bukti juga berasal dari fotokopi berita daring (online) tanpa didukung alat-alat bukti lain.
"Walau benar terjadi, masih dibutuhkan bukti lain karena harus dibuktikan pengaruhnya terhadap pemilih," kata Aswanto, Hakim Konstitusi, saat pembacaan putusan, di Gedung MK.
Berbagai argumen pemohon yang patah itu semakin memuluskan jalan Jokowi untuk kembali menjadi presiden untuk periode kedua. Ini menjadi angin segar bagi rupiah, karena investor kian yakin menamankan modal di Indonesia.
Kembalinya Jokowi menduduki kursi RI-1 akan memberikan kepastian bahwa arah kebijakan pemerintah tidak akan berubah drastis dalam lima tahun ke depan. Jokowi juga akan punya waktu meneruskan kebijakan-kebijakan reformasi struktural untuk 'mengobati' masalah di perekonomian Indonesia seperti defisit transaksi berjalan (current account deficit).
Baca:
Wahai Para Menteri, Ini Ultimatum Terakhir Jokowi soal CAD!
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Jokowi Effect ini sepertinya ampuh untuk menopang penguatan rupiah. Bahkan rupiah tidak sekadar menguat, tetapi juga menjadi mata uang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16: WIB:
Terlihat bahwa mata uang Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Investor sepertinya mulai optimistis dengan prospek damai dagang AS-China.
Mengutip South China Morning Post, sejumlah sumber mengungkapkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan menyepakati 'gencatan senjata' dalam pertemuan di Osaka (Jepang), akhir pekan ini. Artinya, Washington dan Beijing sepakat untuk melanjutkan dialog dagang. Selagi dialog berlangsung, kedua pihak tidak akan menaikkan atau menambah bea masuk.
"Kue damai dagang tampaknya sudah masuk ke pemanggang," ujar sang sumber.
Oleh karena itu, kemungkinan besar AS akan menunda pemberlakuan bea masuk baru untuk importasi produk China senilai lebih dari US$ 300 miliar. China pun tidak akan melakukan hal serupa.
Meski perjanjian damai dagang secara hitam di atas putih masih perlu proses, tetapi rasanya jalan ke arah sana perlahan semakin terbuka. Ada harapan, ada asa pertumbuhan ekonomi global akan lebih baik karena AS-China tidak lagi saling hambat.
Faktor ini juga menjadi penyebab rupiah mampu menguat. Namun ditambah dengan Jokowi Effect, rupiah berhasil menjadi yang terbaik di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (27/6/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.135 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Hari ini, investor menantikan hasil putusan sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK). Sidang dimulai sekira pukul 12:30 WIB. Saat ini sidang masih berlangsung, tetapi dari jalannya pembacaan putusan sepertinya angin tidak berpihak kepada pihak pemohon, kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.
Misalnya argumen pemohon soal pencairan gaji ke-13 bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pembangunan infrastruktur sebagai upaya vote buying dari capres petanaha (incumbent) Joko Widodo/Jokowi. Mahkamah menilai kebijakan tersebut bukan upaya vote buying, karena merupakan program pemerintah yang diamanatkan dalam UU APBN yang disepekati bersama dengan DPR. Melaksanakan APBN adalah tugas pemerintah.
Kemudian soal tudingan bahwa Polri membentuk tim buzzer di media sosial untuk kampanye pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Mahkamah menilai informasi tersebut hanya datang dari akun pseudonym yang kontennya kebanyakan bersifat hoaks sehingga tidak layak menjadi alat bukti. Selain itu, bukti-bukti juga berasal dari fotokopi berita daring (online) tanpa didukung alat-alat bukti lain.
"Walau benar terjadi, masih dibutuhkan bukti lain karena harus dibuktikan pengaruhnya terhadap pemilih," kata Aswanto, Hakim Konstitusi, saat pembacaan putusan, di Gedung MK.
Berbagai argumen pemohon yang patah itu semakin memuluskan jalan Jokowi untuk kembali menjadi presiden untuk periode kedua. Ini menjadi angin segar bagi rupiah, karena investor kian yakin menamankan modal di Indonesia.
Kembalinya Jokowi menduduki kursi RI-1 akan memberikan kepastian bahwa arah kebijakan pemerintah tidak akan berubah drastis dalam lima tahun ke depan. Jokowi juga akan punya waktu meneruskan kebijakan-kebijakan reformasi struktural untuk 'mengobati' masalah di perekonomian Indonesia seperti defisit transaksi berjalan (current account deficit).
Baca:
Wahai Para Menteri, Ini Ultimatum Terakhir Jokowi soal CAD!
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Jokowi Effect ini sepertinya ampuh untuk menopang penguatan rupiah. Bahkan rupiah tidak sekadar menguat, tetapi juga menjadi mata uang terbaik di Asia.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16: WIB:
Terlihat bahwa mata uang Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Investor sepertinya mulai optimistis dengan prospek damai dagang AS-China.
Mengutip South China Morning Post, sejumlah sumber mengungkapkan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan menyepakati 'gencatan senjata' dalam pertemuan di Osaka (Jepang), akhir pekan ini. Artinya, Washington dan Beijing sepakat untuk melanjutkan dialog dagang. Selagi dialog berlangsung, kedua pihak tidak akan menaikkan atau menambah bea masuk.
"Kue damai dagang tampaknya sudah masuk ke pemanggang," ujar sang sumber.
Oleh karena itu, kemungkinan besar AS akan menunda pemberlakuan bea masuk baru untuk importasi produk China senilai lebih dari US$ 300 miliar. China pun tidak akan melakukan hal serupa.
Meski perjanjian damai dagang secara hitam di atas putih masih perlu proses, tetapi rasanya jalan ke arah sana perlahan semakin terbuka. Ada harapan, ada asa pertumbuhan ekonomi global akan lebih baik karena AS-China tidak lagi saling hambat.
Faktor ini juga menjadi penyebab rupiah mampu menguat. Namun ditambah dengan Jokowi Effect, rupiah berhasil menjadi yang terbaik di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular