
BRI Agro Bersiap Rights Issue Rp 700 Miliar
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
26 June 2019 19:52

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) memperoleh persetujuan untuk melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/Rights Issue) maksimal sebanyak 3 miliar saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
Perseroan menargetkan bisa mencapai dana rights issue sebesar Rp 700 miliar, untuk memuluskan jalannya menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III. Dengan begitu modal inti AGRO menurut Direktur Utama BRI Agroniaga Agus Noorsanto menjadi sekitar Rp 5,2-5,3 triliun.
"Kami sudah ingin cepat-cepat (naik BUKU III) karena kalau datang ke institusi yang dilihat kan kami masih bank BUKU II, jadi kalau sudah jadi BUKU III ya lebih kompetitif," kata Agus.
Menurutnya rights issue ditargetkan bisa dieksekusi pada September 2019. Dengan begitu pada Oktober 2019, diharapkan BRI Agro bisa naik dari BUKU II menjadi BUKU IIII.
Dengan aksi korporasi ini, nantinya kepemilikan induk usaha PT BRI Tbk (BBRI) akan terdilusi sekitar 10%, dari 87% menjadi 77-78%. Hal ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan porsi investor ritel dan minat terhadap BRI Agro.
"Supaya lebih banyak investor di luar BRI, ritel yang memegang saham AGRO supaya di bursa lebih likuid, sekarang kan terbatas 6,5% untuk saham publiknya, transaksi harian juga paling hanya 1 juta lembar saham," kata Agus.
Rights issue ini menurutnya juga menjadi aksi korporasi terakhir untuk 2019.
Siapkan Strategi
Setelah menjadi BUKU III, AGRO pun menyiapkan beberapa strategi untuk memantapkan posisinya sebagai bank agribisnis. BRI Agro menargetkan portofolio pembiayaan di sektor agribisnis bisa naik menjadi 70%, dibandingkan posisi saat ini sekitar 60%.
Direktur Utama BRI Agroniaga Agus Noorsanto mengatakan akan fokus ekspansi kreditnya dan memperluas komoditi. Disamping itu, pihaknya juga akan berkolaborasi dengan fintech yang telah memiliki portofolio di agribisnis untuk meningkatkan eksposur bisnis.
Kerja sama dengan fintech dinilai efektif untuk menjangkau daerah yang belum terjangkau BRI Agro. Selain itu, Agus juga bekerja sama dengan induk usahanya BRI agar nasabahnya bisa bertransaksi tunai di cabangnya.
"Jadi Juli nanti nasabah kami bisa bertransaksi tunai di cabang-cabang BRI yang kita ga ada disana. Misalnya di Papua, dia bisa melakukan kredit di Fintech yang sudah bekerja sama, dan transaksinya bisa di BRI," kata Agus.
Dengan begitu operasional BRI pun bisa menjadi lebih efisien.
Agus menyebutkan jika sudah menjadi Bank BUKU III maka semakin mudah untuk membentuk branchless banking atau Agrolink, yang mirip dengan BRI Link. Sebelumnya hal ini tidak bisa dilakukan dengan status BRI Agro sebagai bank BUKU II.
"Sebagai Bank BUKU II kan belum boleh, dan banyak aktivitas lain kami. Pricing kami di mata investor lebih bagus. Jadi pricing kami kalau mau cari dana bisa lebih kompetitif," katanya.
Setelah Rights Issue, AGRO mulai bersiap untuk menerbitkan obligasi sebagai pendanaan jangka panjang. Meski belum bisa disebutkan berapa target dana dan waktu dari rencana tersebut. Agus menyebutkan fund raising tersebut salah satunya akan digunakan untuk pembiayaan pinjaman lewat fintech
(hoi/hoi) Next Article LIVE! Bos BRI Agroniaga Bicara Visi Digital Grup BRI
Perseroan menargetkan bisa mencapai dana rights issue sebesar Rp 700 miliar, untuk memuluskan jalannya menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III. Dengan begitu modal inti AGRO menurut Direktur Utama BRI Agroniaga Agus Noorsanto menjadi sekitar Rp 5,2-5,3 triliun.
"Kami sudah ingin cepat-cepat (naik BUKU III) karena kalau datang ke institusi yang dilihat kan kami masih bank BUKU II, jadi kalau sudah jadi BUKU III ya lebih kompetitif," kata Agus.
Menurutnya rights issue ditargetkan bisa dieksekusi pada September 2019. Dengan begitu pada Oktober 2019, diharapkan BRI Agro bisa naik dari BUKU II menjadi BUKU IIII.
Dengan aksi korporasi ini, nantinya kepemilikan induk usaha PT BRI Tbk (BBRI) akan terdilusi sekitar 10%, dari 87% menjadi 77-78%. Hal ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan porsi investor ritel dan minat terhadap BRI Agro.
"Supaya lebih banyak investor di luar BRI, ritel yang memegang saham AGRO supaya di bursa lebih likuid, sekarang kan terbatas 6,5% untuk saham publiknya, transaksi harian juga paling hanya 1 juta lembar saham," kata Agus.
Rights issue ini menurutnya juga menjadi aksi korporasi terakhir untuk 2019.
Siapkan Strategi
Direktur Utama BRI Agroniaga Agus Noorsanto mengatakan akan fokus ekspansi kreditnya dan memperluas komoditi. Disamping itu, pihaknya juga akan berkolaborasi dengan fintech yang telah memiliki portofolio di agribisnis untuk meningkatkan eksposur bisnis.
Kerja sama dengan fintech dinilai efektif untuk menjangkau daerah yang belum terjangkau BRI Agro. Selain itu, Agus juga bekerja sama dengan induk usahanya BRI agar nasabahnya bisa bertransaksi tunai di cabangnya.
"Jadi Juli nanti nasabah kami bisa bertransaksi tunai di cabang-cabang BRI yang kita ga ada disana. Misalnya di Papua, dia bisa melakukan kredit di Fintech yang sudah bekerja sama, dan transaksinya bisa di BRI," kata Agus.
Dengan begitu operasional BRI pun bisa menjadi lebih efisien.
Agus menyebutkan jika sudah menjadi Bank BUKU III maka semakin mudah untuk membentuk branchless banking atau Agrolink, yang mirip dengan BRI Link. Sebelumnya hal ini tidak bisa dilakukan dengan status BRI Agro sebagai bank BUKU II.
"Sebagai Bank BUKU II kan belum boleh, dan banyak aktivitas lain kami. Pricing kami di mata investor lebih bagus. Jadi pricing kami kalau mau cari dana bisa lebih kompetitif," katanya.
Setelah Rights Issue, AGRO mulai bersiap untuk menerbitkan obligasi sebagai pendanaan jangka panjang. Meski belum bisa disebutkan berapa target dana dan waktu dari rencana tersebut. Agus menyebutkan fund raising tersebut salah satunya akan digunakan untuk pembiayaan pinjaman lewat fintech
(hoi/hoi) Next Article LIVE! Bos BRI Agroniaga Bicara Visi Digital Grup BRI
Most Popular