Sempat Menari-Nari di Zona Hijau, IHSG Berakhir di Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 June 2019 16:52
Sempat Menari-Nari di Zona Hijau, IHSG Berakhir di Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan apresiasi sebesar 0,05% ke level 6.323,81, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghabiskan mayoritas waktunya hari ini di zona hijau. Sayang, sekitar satu setengah jam menjelang penutupan perdagangan IHSG bergerak turun. Per akhir sesi dua, IHSG melemah 0,16% ke level 6.310,49.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,76%), PT Astra International Tbk/ASII (-1,36%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,88%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,75%), dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (-4,12%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,51%, indeks Shanghai turun 0,19%, dan indeks Straits Times turun 0,1%.

Sejatinya, ada kabar positif bagi bursa saham Benua Kuning yakni AS bersedia untuk menunda kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang saat ini belum terdampak oleh perang dagang. Langkah ini diambil oleh AS sebagai etikat baik menyambut dimulainya lagi negosiasi antar kedua negara.

Sebagai informasi, pada akhir pekan ini Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang. Menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut, keputusan untuk menunda kenaikan bea masuk kemungkinan akan diumumkan pasca pertemuan antara Trump dengan Xi, dilansir dari Bloomberg.

Sayang, para pejabat The Federal Reserve membawa kabar buruk yang pada akhirnya sukses memantik aksi jual di bursa saham regional. Para pejabat bank sentral AS tersebut memupuskan harapan pelaku pasar bahwa akan ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang signifikan dalam pertemuannya bulan depan.

Presiden The Fed St. Louis James Bullard memupuskan harapan penurunan suku bunga acuan hingga 50 bps.

"Duduk di sini hari ini, saya rasa 50 basis poin akan berlebihan," ujarnya kepada Bloomberg TV, dikutip dari Reuters.

"Saya tidak merasa situasi saat ini benar-benar memerlukan hal tersebut namun saya bersedia menurunkan 25 bps... Saya tidak suka mendahului pertemuan (The Fed) karena banyak hal bisa berubah hingga saat itu tiba. Namun, jika saya harus memutuskan hari ini, itulah yang akan saya lakukan," lanjutnya.

Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell kembali menegaskan terkait independensi bank sentral dari tekanan politik. Seperti yang diketahui, Trump sudah berulang kali meminta The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan.

"The Fed bebas dari tekanan-tekanan politik jangka pendek," kata Powell, dilansir dari Reuters.
Lebih lanjut, panasnya tensi antara AS dengan iran ikut memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Senin (24/6/2019), Trump menjatuhkan sanksi baru kepada Iran.

Namun, sanksi kali ini berbeda dari yang sebelum-sebelumnya dikenakan oleh AS lantaran menyasar langsung Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan beberapa pejabat tinggi lainnya, sebuah langkah yang belum pernah diambil sebelumnya.

Trump menandatangani perintah eksekutif yang disebut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin akan membekukan aset-aset Iran senilai miliaran dolar, dilansir dari Reuters.

Sebagai informasi, hubungan kedua negara mulai memanas dalam beberapa hari terakhir setelah Teheran menembak jatuh drone pengintai milik militer AS, Kamis pekan lalu. Trump mengatakan Khamenei bertanggung jawab atas apa yang ia sebut sebagai tindakan brutal rezim tersebut di Timur Tengah.

"Sanksi itu akan menutup akses Pemimpin Tertinggi (Iran) dan kantornya, serta mereka yang terafiliasi dengannya dan kantornya terhadap sumber-sumber dan dukungan keuangan yang penting," kata Trump.

Kini, ketegangan memasuki babak adu mulut antar kedua pimpinan negara. Dalam sebuah siaran televisi pada hari Selasa (25/6/2019) waktu setempat, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan langkah yang diambil oleh Gedung Putih merupakan aksi 'keterbelakangan mental'.

"Strategi sabar Teheran bukan berarti kami takut," tegas Rouhani.

Membalas, Trump mengatakan bahwa serangan apapun terhadap AS akan mendapat ganjaran. Bahkan, ia melontarkan kata 'pemusnahan'.

"Segala serangan oleh Iran kepada AS akan mendapat serangan balasan yang luar biasa. Dalam beberapa area, luar biasa akan berarti pemusnahan," tulis Trump di Twitter.

Dengan semakin panasnya tensi antara kedua negara, tentu eskalasi menjadi perang menjadi sebuah hal yang tak bisa dikesampingkan. Apalagi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi sudah menyebut bahwa sanksi yang diberikan AS kepada pemimpin tertingginya dan pejabat-pejabat lain telah secara permanen menutup pintu diplomasi antara Tehran dan Washington.

“Mengenakan sanksi yang tak berguna terhadap Pemimpin Tertinggi Iran (Ayatollah Ali Khamenei dan panglima diplomasi Iran (Menter Luar Negeri Mohammad Javad Zarif) berarti penutupan pintu diplomasi secara permanen,” kata Mousavi di Twitter.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular