Loyo di Kurs Tengah BI, Rupiah Terlemah Kedua Asia di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 June 2019 10:24
Loyo di Kurs Tengah BI, Rupiah Terlemah Kedua Asia di Spot
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sementara di pasar spot, rupiah juga akhirnya melemah di hadapan greenback setelah perkasa enam hari beruntun. 

Pada Rabu (26/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.174. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Sedangkan di perdagangan pasar spot, nasib rupiah tidak lebih baik. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.165. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Faktor internal dan eksternal mempengaruhi gerak rupiah hari ini. Dari sisi domestik, mata uang Tanah Air memang sudah agak lama menguat yaitu enam hari berturut-turut. Dalam periode tersebut, penguatan rupiah nyaris menyentuh 1,5%. 

Oleh karena itu, investor sepertinya sudah menang lumayan banyak. Mungkin hari ini adalah saatnya mencairkan keuntungan. Rupiah pun mengalami tekanan jual dan nilainya terus melemah. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sementara dari sisi eksternal, dolar AS memang sedang kuat-kuatnya. Pada pukul 10:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,16%. 

Kekuatan dolar AS datang dari komentar para petinggi Bank Sentral Negeri Paman Sam, The Federal Reserves/The Fed. Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memupuskan harapan pasar soal prospek penurunan suku bunga acuan. 

"Kami tidak bekerja berdasarkan pergerakan pasar keuangan jangka pendek. Kami melihat lebih panjang dari itu," tegas Powell dalam pidato di acara Council on Foreign Relation di New York, mengutip Reuters.

Pernyataan Powell diartikan pasar sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin tidak akan memangkas suku bunga acuan seagresif yang diperkirakan. Saat ini pelaku pasar memperkirakan Federal Funds Rate bisa dipangkas tiga kali. 

Namun pernyataan Powell yang less-dovish membuat pasar berhitung ulang. Sepertinya dua kali penurunan suku bunga alias 50 basis poin (bps) sudah paling mentok. 

Hal itu diperkuat dengan pernyataan James Bullard, Presiden The Fed St Louis. Dalam wawancara bersama Bloomberg, seperti dikutip dari Reuters, Bullard bahkan menilai penurunan suku bunga acuan 50 bps sudah berlebihan. 

"Saya duduk di sini hari ini, dan saya berpikir (penurunan suku bunga acuan) 50 bps akan terlalu banyak. Saya rasa situasi yang ada tidak sampai ke sana, saya memilih (penurunan) 25 bps," ungkap Bullard. 

The Fed yang less-dovish membuat dolar AS punya kesempatan untuk bangkit. Jadi, wajar jika mata uang dunia melemah di hadapan greenback, termasuk rupiah. 


Akan tetapi, faktor domestik yang ikut membebani membuat rupiah menjadi salah satu mata uang terlemah di Asia. Kini rupiah berada di posisi kedua terbawah di klasemen mata uang utama Benua Kuning, hanya lebih baik dari baht Thailand. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:15 WIB:  



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular