
Let's Talk About Six, Baby! Rupiah Menguat 6 Hari Beruntun!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2019 17:02

Sepertinya sentimen tren pelonggaran kebijakan moneter global masih saja laku dan ampuh mendukung penguatan rupiah. Hawa ke arah sana semakin nyata dan kian kuar.
Malam tadi, The Federal Reserves/The Fed Dallas merilis data pembacaan awal indeks manufaktur periode Juni yang hasilnya adalah -12,1%. Ini adalah pencapaian terendah sejak Juni 2016.
Perlambatan ekonomi AS adalah sesuatu yang cetha wela-wela, bukan lagi sekadar tanda tanya. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya pada kuartal II-2019 sebesar 2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3,2%.
Ekonomi AS sangat butuh dorongan, dan itu diharapkan datang dari bank sentral. Tidak heran investor makin yakin The Fed akan memangkas suku bunga acuan.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% adalah 57,4%. Namun peluang untuk penurunan 50 bps menjadi 1,75-2% semakin besar, sekarang menyentuh 42,6%.
Ini membuat dolar AS semakin terpojok. Penurunan suku bunga akan membuat likuiditas dolar AS membanjir sehingga nilainya melemah.
Tidak hanya itu, likuiditas yang melimpah itu butuh 'pelampiasan'. Indonesia bisa menjadi tempat investasi yang menguntungkan dan aman.
Misalnya, saat ini imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia meski terus turun tetapi masih di 7,45%. Masih lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di Malaysia (3,664%), Thailand (2,155%), Filipina (5,022%), sampai India (6,892%).
Tidak cuma pasar obligasi, bursa saham Indonesia juga masih menjanjikan cuan karena valuasi yang lebih murah ketimbang sejumlah tetangganya. Saat ini Price to Earnings Ratio (P/E) Indeks Harga Saham Gabungan ada di 16,33 kali. Lebih rendah ketimbang KLCI Malaysia (18,3 kali), SET Thailand (16,98 kali), PSEI Filipina (19,48 kali), atau Sensex India (24,21 kali).
Selain keuntungan, Indonesia juga menawarkan keuntungan investasi seiring kenaikan peringkat utang dari Standard and Poor's (S&P) dari BBB- menjadi BBB. Indonesia semakin layak dijadikan tujuan investasi.
Dua faktor ini, keuntungan dan keamanan, menjadi alasan kuat bagi investor untuk terus masuk ke pasar keuangan Indonesia. Jadi wajar saja rupiah terus menguat, bahkan sampai enam hari beruntun.
Rupiah cocok disandingkan dengan kutipan Manajer Juergen Klopp saat klub asuhannya, Liverpool, menjadi juara Liga Champions Eropa. Let's talk about six, baby!
(aji/aji)
Malam tadi, The Federal Reserves/The Fed Dallas merilis data pembacaan awal indeks manufaktur periode Juni yang hasilnya adalah -12,1%. Ini adalah pencapaian terendah sejak Juni 2016.
Perlambatan ekonomi AS adalah sesuatu yang cetha wela-wela, bukan lagi sekadar tanda tanya. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya pada kuartal II-2019 sebesar 2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3,2%.
Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% adalah 57,4%. Namun peluang untuk penurunan 50 bps menjadi 1,75-2% semakin besar, sekarang menyentuh 42,6%.
Ini membuat dolar AS semakin terpojok. Penurunan suku bunga akan membuat likuiditas dolar AS membanjir sehingga nilainya melemah.
Tidak hanya itu, likuiditas yang melimpah itu butuh 'pelampiasan'. Indonesia bisa menjadi tempat investasi yang menguntungkan dan aman.
Misalnya, saat ini imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia meski terus turun tetapi masih di 7,45%. Masih lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di Malaysia (3,664%), Thailand (2,155%), Filipina (5,022%), sampai India (6,892%).
Tidak cuma pasar obligasi, bursa saham Indonesia juga masih menjanjikan cuan karena valuasi yang lebih murah ketimbang sejumlah tetangganya. Saat ini Price to Earnings Ratio (P/E) Indeks Harga Saham Gabungan ada di 16,33 kali. Lebih rendah ketimbang KLCI Malaysia (18,3 kali), SET Thailand (16,98 kali), PSEI Filipina (19,48 kali), atau Sensex India (24,21 kali).
Selain keuntungan, Indonesia juga menawarkan keuntungan investasi seiring kenaikan peringkat utang dari Standard and Poor's (S&P) dari BBB- menjadi BBB. Indonesia semakin layak dijadikan tujuan investasi.
Dua faktor ini, keuntungan dan keamanan, menjadi alasan kuat bagi investor untuk terus masuk ke pasar keuangan Indonesia. Jadi wajar saja rupiah terus menguat, bahkan sampai enam hari beruntun.
Rupiah cocok disandingkan dengan kutipan Manajer Juergen Klopp saat klub asuhannya, Liverpool, menjadi juara Liga Champions Eropa. Let's talk about six, baby!
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular