Sprint 5 Hari, Rupiah Ambil Napas Dulu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2019 08:39
Sprint 5 Hari, Rupiah Ambil Napas Dulu
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) agak tertahan di perdagangan pasar spot hari ini. Dengan penguatan yang sudah lumayan tajam selama lima hari, bukan tidak mungkin bensin rupiah sudah habis. 

Pada Selasa (25/6/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.135 kala pembukaan pasar spot. Sama seperti posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, rupiah terperosok ke zona merah. Pada pukul 08:17 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.140 di mana rupiah melemah tipis 0,04%. 

Sampai kemarin, rupiah berhasil menguat lima hari beruntun terhadap dolar AS. Selama periode tersebut, apresiasi rupiah mencapai 1,36%. 

Oleh karena itu, penguatan rupiah yang sudah signifikan bisa menggoda investor untuk mencairkan cuan. Rupiah yang mengalami tekanan jual bisa melemah kapan saja. 



Sementara itu, sebagian besar mata uang Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yuan China, won Korea Selatan, peso Filipina, dan dolar Taiwan yang mengalami depresiasi. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:21 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sejatinya memang dolar AS Masih tertekan. Pada pukul 08:23 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,05%. 

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah anjlok 1,75%. Sementara selama sebulan ke belakang, pelemahannya adalah 1,72%. 

 

Nestapa mata uang Negeri Paman Sam masih disebabkan oleh ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan. Dalam rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pekan lalu, Ketua Jerome 'Jay' Powell menegaskan bank sentral akan menempuh berbagai upaya yang diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi AS.  

Jika The Fed menurunkan suku bunga, Powell mengungkapkan kebijakan tersebut juga akan diiringi oleh penundaan normalisasi neraca. Kombinasi yang akan membuat likuiditas dolar AS membanjir sehingga nilainya melemah. 


Selain itu, pelaku pasar juga sedang menantikan KTT G20 yang akan digelar di Osaka (Tokyo) 28-29 Juni. Fokus utama investor adalah rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping untuk membahas isu-isu perdagangan. 

Dunia berharap pertemuan ini bisa membuka jalan menuju damai dagang. Sesuatu yang bisa kembali menggairahkan perekonomian global. 


Perkembangan ini mendorong investor meminati aset-aset berisiko di negara berkembang, yang membuat mayoritas mata uang utama Asia menguat. Sayang sekali, koreksi teknikal membuat rupiah tidak bisa menikmati berkah tersebut.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular