
Euro di Level Tertinggi 3 Bulan, Begini Prospek Teknikalnya
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 June 2019 15:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro terlihat kuat di level tertinggi tiga bulan terakhir melawan dolar Amerika Serikat (AS). Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang terlihat lebih dovish dibandingkan dengan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) membuat mata uang euro menjadi lebih unggul.
Saat mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (20/6/19) dini hari, pimpinan The Fed, Jerome Powell, membuka peluang pemangkasan suku bunga. Spekulasi pelaku pasar jika The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini semakin menguat.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat hingga akhir nanti peluang suku bunga 2,25%-2,5% tetap di tahan sebesar 0% alias tidak ada sama sekali. Perangkat yang sama menunjukkan pelaku pasar melihat peluang The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali, yakni di bulan Juli, September, dan Desember.
Sementara ECB juga membuka berencana menggelontorkan stimulus moneter, hanya jika perekonomian zona euro memburuk. Presiden ECB Mario Draghi juga mengatakan suku bunga merupakan salah satu amunisi yang dimiliki untuk memacu perekonomian.
Pernyataan ECB memberikan gambaran jika stimulus moneter, kemungkinan dengan pembelian aset, akan didahulukan seandainya kondisi ekonomi memburuk. Sementara The Fed akan memangkas suku bunga, yang berarti spread suku bunga antara AS dan zona euro akan menyempit.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian, trading euro melawan dolar disimbolkan dengan EUR/USD bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA 21 hari (garis hijau), MA 8 hari (garis merah) serta MA 125 hari (garis biru).
Sementara itu, indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) berada di zona positif dan kembali bergerak naik, memberikan gambaran sentimen bullish bagi euro. Untuk jangka menengah, selama bertahan di atas US$ 1,1310, euro masih cenderung naik.
Pada time frame 30 menit, euro bergerak di kisaran MA 8 dan 21 tetapi di atas MA 125 dengan MACD berada di wilayah positif. Indikator Stochastic bergerak naik namun masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).
Indikator-indikator jangka pendek menunjukkan peluang kenaikan, dengan resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1,1400. Kemampuan menembus dan bergerak konsisten di atas level tersebut akan membuka peluang naik ke area US$ 1,1425.
Sementara jika tertahan di bawah resisten, euro berpeluang turun ke area US$ 1,1361, jika dilewati mata uang 19 negara ini berpotensi turun ke US$ 1,1335.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Saat mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (20/6/19) dini hari, pimpinan The Fed, Jerome Powell, membuka peluang pemangkasan suku bunga. Spekulasi pelaku pasar jika The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini semakin menguat.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat hingga akhir nanti peluang suku bunga 2,25%-2,5% tetap di tahan sebesar 0% alias tidak ada sama sekali. Perangkat yang sama menunjukkan pelaku pasar melihat peluang The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali, yakni di bulan Juli, September, dan Desember.
Pernyataan ECB memberikan gambaran jika stimulus moneter, kemungkinan dengan pembelian aset, akan didahulukan seandainya kondisi ekonomi memburuk. Sementara The Fed akan memangkas suku bunga, yang berarti spread suku bunga antara AS dan zona euro akan menyempit.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Sementara itu, indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) berada di zona positif dan kembali bergerak naik, memberikan gambaran sentimen bullish bagi euro. Untuk jangka menengah, selama bertahan di atas US$ 1,1310, euro masih cenderung naik.
![]() Sumber: MetaTrader 5 |
Indikator-indikator jangka pendek menunjukkan peluang kenaikan, dengan resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1,1400. Kemampuan menembus dan bergerak konsisten di atas level tersebut akan membuka peluang naik ke area US$ 1,1425.
Sementara jika tertahan di bawah resisten, euro berpeluang turun ke area US$ 1,1361, jika dilewati mata uang 19 negara ini berpotensi turun ke US$ 1,1335.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%
Most Popular