
4 Hari Sudah Cetak Reli, Hari Ini Wall Street Rehat Dulu
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
21 June 2019 20:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (21/6/2019) waktu setempat. Hingga pukul 20:00 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 36 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 6 dan 25 poin.
Wajar jika Wall Street rehat sejenak. Pasalnya, tiga indeks saham utama yang disebutkan di atas sudah mencetak reli selama empat hari sehingga pelaku pasar tergiur untuk melakukan aksi ambil untung.
Angin segar bagi pasar saham AS dalam beberapa hari terakhir datang dari ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan menunjukkan sikap dovish setelah menggelar pertemuan selama dua hari, yakni pada Selasa (18/6/2019) dan Rabu (19/6/2019) waktu setempat.
Ekspektasi tersebut akhirnya berbuah kenyataan. The Fed mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%. The Fed mengeluarkan nada dovish yang ditunggu-tunggu pelaku pasar.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.
"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.
Kini, pelaku pasar meyakini bahwa gelombang pertama pemangkasan tingkat suku bunga acuan akan dimulai pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan Juli berada di level 71,9%. Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps berada di level 28,1%.
Selain karena aksi ambil untung, ketegangan antara AS dengan Iran ikut memantik aksi jual di bursa saham Negeri Paman Sam. Melansir Reuters, para pejabat Iran pada hari ini mengatakan bahwa Teheran telah menerima pesan dari Presiden AS Donald Trump yang disampaikan melalui Oman bahwa serangan AS terhadap Iran akan segera terjadi.
Serangan itu akan menjadi balasan atas penembakan pesawat tanpa awak atau drone militer milik AS senilai US $130 juta (Rp 1,8 triliun).
"Dalam pesannya, Trump mengatakan dia menentang setiap perang dengan Iran dan ingin berbicara dengan Teheran tentang berbagai masalah ...," kata salah satu pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.
"Dia memberi waktu singkat untuk mendapatkan tanggapan kami, tetapi tanggapan langsung Iran adalah bahwa itu tergantung pada Pemimpin Tertinggi (Ayatollah Ali) Khamenei untuk memutuskan tentang masalah ini," lanjutnya.
Sebelumnya, tensi antara kedua negara meninggi pasca Pasukan Pengawal Revolusi Iran mengatakan telah menembak sebuah drone milik AS, Kamis (20/6/2019).
Pada pukul 20:45 WIB, pembacaan awal untuk angka Manufacturing PMI AS periode Juli 2019 akan dirilis oleh Markit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street
Wajar jika Wall Street rehat sejenak. Pasalnya, tiga indeks saham utama yang disebutkan di atas sudah mencetak reli selama empat hari sehingga pelaku pasar tergiur untuk melakukan aksi ambil untung.
Angin segar bagi pasar saham AS dalam beberapa hari terakhir datang dari ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan menunjukkan sikap dovish setelah menggelar pertemuan selama dua hari, yakni pada Selasa (18/6/2019) dan Rabu (19/6/2019) waktu setempat.
Dalam konferensi pers usai rapat, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan prospek perekonomian AS pada dasarnya masih bagus, akan tetapi ada risiko yang semakin meningkat seperti friksi dagang AS dengan sejumlah negara yang membuat investasi melambat. Selain itu, ada pula risiko perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang dan investasi AS.
"Pertanyaannya adalah, apakah risiko-risiko ini akan membebani prospek perekonomian? Kami akan bertindak jika dibutuhkan, termasuk kalau memungkinkan, menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga ekspansi (ekonomi)," tuturnya, mengutip Reuters.
Kini, pelaku pasar meyakini bahwa gelombang pertama pemangkasan tingkat suku bunga acuan akan dimulai pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan Juli berada di level 71,9%. Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps berada di level 28,1%.
Selain karena aksi ambil untung, ketegangan antara AS dengan Iran ikut memantik aksi jual di bursa saham Negeri Paman Sam. Melansir Reuters, para pejabat Iran pada hari ini mengatakan bahwa Teheran telah menerima pesan dari Presiden AS Donald Trump yang disampaikan melalui Oman bahwa serangan AS terhadap Iran akan segera terjadi.
Serangan itu akan menjadi balasan atas penembakan pesawat tanpa awak atau drone militer milik AS senilai US $130 juta (Rp 1,8 triliun).
"Dalam pesannya, Trump mengatakan dia menentang setiap perang dengan Iran dan ingin berbicara dengan Teheran tentang berbagai masalah ...," kata salah satu pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Reuters.
"Dia memberi waktu singkat untuk mendapatkan tanggapan kami, tetapi tanggapan langsung Iran adalah bahwa itu tergantung pada Pemimpin Tertinggi (Ayatollah Ali) Khamenei untuk memutuskan tentang masalah ini," lanjutnya.
Sebelumnya, tensi antara kedua negara meninggi pasca Pasukan Pengawal Revolusi Iran mengatakan telah menembak sebuah drone milik AS, Kamis (20/6/2019).
Pada pukul 20:45 WIB, pembacaan awal untuk angka Manufacturing PMI AS periode Juli 2019 akan dirilis oleh Markit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street
Most Popular