
Masih Kuat! Rupiah di Jalur Penguatan 4 Hari Beruntun
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2019 08:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah sepertinya di ambang penguatan empat hari berturut-turut.
Pada Jumat (21/6/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.120 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,42% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air sudah menguat dalam tiga hari perdagangan berturut-turut, dengan apresiasi mencapai 1,05%. Namun apresiasi yang sudah tajam itu belum membuat rupiah bosan, dan terus melanjutkan pendakian.
Apresiasi 0,42% membawa rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:13 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah berhasil memanfaatkan tekanan yang masih dialami oleh dolar AS. Pada pukul 08:14 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,01%.
Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terkoreksi 0,98%. Sementara selama sebulan ke belakang pelemahannya mencapai 1,45%.
Risk appetite investor sedang tinggi karena ekspektasi melimpahnya likuiditas global sering tren pelonggaran kebijakan moneter. Bank-bank sentral negara maju, termasuk AS (The Federal Resrves/The Fed), diperkirakan bakal menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan penurunan suku bunga bunga acuan di Negeri Paman Sam sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% pada Juli mencapai 76%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 64%.
Artinya, minat investor terhadap aset-aset berisiko meningkat. Arus modal keluar dari aset aman seperti dolar AS dan hinggap ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Selain itu, penurunan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di AS (khususnya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan turun. Investor tentu menjadi kurang tertarik dan mengalihkan dana ke tempat lain.
Indonesia bisa menjadi pilihan, karena menjanjikan cuan dan keamanan. Saat ini yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun adalah 7,461%. Masih lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di negara-negara tetangga seperti Malaysia (3,662%), Thailand (2,16%), Filipina (5,088%), sampai India (6,791%).
Selain keuntungan, berinvestasi di Indonesia juga aman karena baru-baru ini lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Ini menjadi kali pertama Indonesia merasakan rating BBB sejak 1995.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (21/6/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.120 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,42% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air sudah menguat dalam tiga hari perdagangan berturut-turut, dengan apresiasi mencapai 1,05%. Namun apresiasi yang sudah tajam itu belum membuat rupiah bosan, dan terus melanjutkan pendakian.
Apresiasi 0,42% membawa rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:13 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah berhasil memanfaatkan tekanan yang masih dialami oleh dolar AS. Pada pukul 08:14 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,01%.
Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah terkoreksi 0,98%. Sementara selama sebulan ke belakang pelemahannya mencapai 1,45%.
Risk appetite investor sedang tinggi karena ekspektasi melimpahnya likuiditas global sering tren pelonggaran kebijakan moneter. Bank-bank sentral negara maju, termasuk AS (The Federal Resrves/The Fed), diperkirakan bakal menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan penurunan suku bunga bunga acuan di Negeri Paman Sam sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% pada Juli mencapai 76%. Naik dibandingkan posisi kemarin yaitu 64%.
Artinya, minat investor terhadap aset-aset berisiko meningkat. Arus modal keluar dari aset aman seperti dolar AS dan hinggap ke negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Selain itu, penurunan suku bunga acuan akan membuat imbalan investasi di AS (khususnya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan turun. Investor tentu menjadi kurang tertarik dan mengalihkan dana ke tempat lain.
Indonesia bisa menjadi pilihan, karena menjanjikan cuan dan keamanan. Saat ini yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun adalah 7,461%. Masih lebih tinggi ketimbang instrumen serupa di negara-negara tetangga seperti Malaysia (3,662%), Thailand (2,16%), Filipina (5,088%), sampai India (6,791%).
Selain keuntungan, berinvestasi di Indonesia juga aman karena baru-baru ini lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Ini menjadi kali pertama Indonesia merasakan rating BBB sejak 1995.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular