
Tiada Happy Weekend, Bursa Asia Terjebak di Zona Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 June 2019 17:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan terakhir di pekan ini di zona merah: indeks Shanghai anjlok 0,99%, indeks Hang Seng turun 0,65%, dan indeks Kospi anjlok 0,37%.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Sebelumnya, sempat terdapat optimisme Presiden AS Donald Trump akan melakukan dialog dengan Presiden China Xi Jinping ketika gelaran KTT G-20 berlangsung pada akhir bulan ini di Jepang.
Namun, semakin mendekati akhir bulan Juni, pertemuan Trump dengan Xi masih abu-abu, belum ada kepastian. Walau memang Washington masih ingin kedua pemimpin negara bertemu guna membuka jalan menuju damai dagang.
"Namun belum ada proses formalisasi," ujar Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.
Sebelumnya, pejabat senior di lingkungan pemerintahan China mengungkapkan Beijing bahkan belum melakukan apapun terkait rencana pertemuan Trump-Xi.
"Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat, dikutip dari Reuters.
Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa dirinya akan akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China sudah begitu tertekan. Pada hari ini, produksi industri periode Mei 2019 diumumkan hanya tumbuh 5% secara tahunan, di bawah konsensus yang sebesar 5,5%, dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, investasi barang modal tercatat hanya tumbuh sebesar 5,6% secara tahunan dalam periode Januari-Mei 2019, di bawah capaian pertumbuhan periode Januari-April 2019 yang sebesar 6,1%. Capaian tersebut juga berada di bawah konsensus yang sebesar 6,1%, dilansir dari Trading Economics.
Mengingat posisi China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China pastilah memberi dampak negatif yang relatif signifikan bagi negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Potensi eskalasi perang dagang AS-China menjadi faktor yang menekan kinerja bursa saham Benua Kuning. Sebelumnya, sempat terdapat optimisme Presiden AS Donald Trump akan melakukan dialog dengan Presiden China Xi Jinping ketika gelaran KTT G-20 berlangsung pada akhir bulan ini di Jepang.
Namun, semakin mendekati akhir bulan Juni, pertemuan Trump dengan Xi masih abu-abu, belum ada kepastian. Walau memang Washington masih ingin kedua pemimpin negara bertemu guna membuka jalan menuju damai dagang.
Sebelumnya, pejabat senior di lingkungan pemerintahan China mengungkapkan Beijing bahkan belum melakukan apapun terkait rencana pertemuan Trump-Xi.
"Bagi China, yang penting adalah protokol dan bagaimana beliau dihormati. China tidak ingin Xi pergi ke sebuah pertemuan yang akan mempermalukan dirinya," tegas sang pejabat, dikutip dari Reuters.
Sekedar mengingatkan, Trump sebelumnya sudah mengancam bahwa dirinya akan akan membebankan bea masuk tambahan bagi produk impor asal China jika Xi sampai tak menemuinya di sela-sela KTT G-20 nanti.
Belum tereskalasi lagi saja, perekonomian China sudah begitu tertekan. Pada hari ini, produksi industri periode Mei 2019 diumumkan hanya tumbuh 5% secara tahunan, di bawah konsensus yang sebesar 5,5%, dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, investasi barang modal tercatat hanya tumbuh sebesar 5,6% secara tahunan dalam periode Januari-Mei 2019, di bawah capaian pertumbuhan periode Januari-April 2019 yang sebesar 6,1%. Capaian tersebut juga berada di bawah konsensus yang sebesar 6,1%, dilansir dari Trading Economics.
Mengingat posisi China sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, tekanan terhadap perekonomian China pastilah memberi dampak negatif yang relatif signifikan bagi negara-negara lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat
Most Popular