Tambang Raksasa Siap Beroperasi, Bagaimana Harga Batu Bara?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
13 June 2019 16:49
Adani Australia pada hari Kamis (13/6/2019) telah mendapat izin untuk menggarap tambang batu bara Carmichael, Queensland.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan Adani yang berlokasi di Australia telah mendapat izin untuk menggarap tambang batu bara Carmichael, Queensland. Adani dapat memulai proyek tahap pertama yang diperkirakan menelan biaya hingga uS$ 1,5 miliar. Perusahaan yang merupakan anak usaha Adani Group India tersebut juga merencanakan pembangunan jalur kereta api yang nantinya memudahkan distribusi ke pelabuhan ekspor .

"Mulai hari ini hingga dua tahun ke depan, orang-orang akan berkekspektasi kami untuk melakukan ekspor pertama batu bara," ujar Lucas Dow, CEO Adani Mining, mengutip Reuters.

Berdasarkan pemberitaan dari Yahoo Finance, seperti yang dikutip dari Reuters, tambang baru tersebut berpotensi menghasilkan 60 juta ton batu bara thermal setiap tahun jika beroperasi secara penuh. Namun pada tahap awal, rencananya perusahaan hanya akan memproduksi 10 juta ton.

Beberapa analis bahkan memperkirakan proyek tersebut akan membuat ekspor batu bara Australia meningkat hingga dua kali lipat bila sudah beroperasi secara penuh. Tentu saja itu akan membuat pasar batu bara global menghadapi ancaman serius: banjir pasokan. Terlebih diketahui bahwa Negeri Kanguru saat ini sudah merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia, bersaing dengan Indonesia.

Pun sehari sebelumnya , sembari menunggu pengumuman dari otoritas setempat, pelaku pasar sudah memperkirakan izin tambang Carmichael akan benar-benar dikeluarkan.



Alhasil pada penutupan perdagangan kemarin, harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli anjlok hingga 4,09% menjadi tinggal US$ 72,65/metrik ton yang merupakan terendah dalam dua tahun terakhir.

"Ekspor batu bara thermal Queensland bisa tumbuh lebih pesat dibanding yang telah diprediksi sebelumnya, seiring dengan izin pemerintah setempat yang memungkinkan untuk memulai pembangunan (proyek)," ujar Viktor Tanevski, analis konsultan Wood Mackenzie dalam sebuah catatan.

"Fase awal 10 juta ton dari proyek tersebut ditujukan untuk ekspor ke India, yang dapat memberikan tekanan ke bawah pada harga batu bar thermal, dan juga bersaing dengan batu bara abu tinggi lain dari Australia dan Afrika Selatan yang mengalir ke India."

Sudah sejak 2010, Adani mengajukan proposal proyek ini. Namun para aktivis lingkungan menolak proyek tersebut dan membuatnya tertunda hingga saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/taa) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular