Ini Dia Netzme, Calon Fintech Pertama yang Listing di Bursa

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
13 June 2019 15:47
Netzme berencana menawarkan sahamnya kepada publik melalui IPO pada kuartal IV-2019, menjadi fintech pertama yang tercatat di bursa.
Foto: Netzme.id/Irvin Avriano Arief
Jakarta, CNBC Indonesia - Fintech yang mengembangkan aplikasi pembayaran Netzme, PT Netzme Kreasi Indonesia, berencana menawarkan sahamnya kepada publik melalui penawaran perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal IV-2019 dan berencana menjadi fintech pertama yang tercatat di bursa. 

Vicky Ganda Saputra, CEO-Direktur Netzme, mengatakan saat ini perusahaan yang sudah melantai di bursa saham barulah yang berbasis digital sehingga belum masuk kategori perusahaan berbasis teknologi (fintech). 

"Kalau tidak ada fintech lain yang listing di bursa lainnya nanti, maka kami akan menjadi fintech yang pertama listing di bursa," ujar Vicky di studio CNBC Indonesia hari ini (13/6/19). 

Kisaran dana hasil IPO Netzme ditarget sekitar US$ 15 juta-US$ 20 juta atau setara Rp 213,9 miliar-Rp 285,2 miliar (kurs Rp 14.260 per dolar AS). Dia mengatakan porsi saham dalam penawaran publik tersebut akan mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini yaitu minimal 20%. 

Netzme adalah platform aplikasi fintech pembayaran sekaligus media sosial dan pengelolaan keuangan, sehingga tidak hanya berinteraksi dan membangun jaringan pertemanan tetapi juga melakukan bisnis berbasis ide dan kreativitas.  

Layanan pembayaran tersebut diharapkan menumbuhkan semangat berwirausaha masyarakat terutama kelas ekonomi menengah ke bawah dan publik yang belum dapat mengakses layanan perbankan.  

Menurut Vicky, perseroan juga akan lebih mengembangkan layanan di kota kelas tiga Indonesia yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan kota besar, terutama dengan dukungan historis dan prospek penetrasi internet di kota kelas tiga itu yang sekarang sudah lebih dari 60%. 

Dia mengatakan saat ini perusahaan yang dia pimpin sedang dalam proses kerja sama strategis dengan beberapa pihak untuk meningkatkan layanan aplikasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan valuasi perseroan. 

Vicky merupakan mantan direktur eksekutif investment banking perusahaan efek bernama PT Danatama Makmur Sekuritas, setidaknya sejak 2007-2013. 

Di pasar modal, Danatama dikenal sebagai perusahaan efek yang didirikan oleh Halim Jusuf, kakak dari Gunawan Jusuf yang memiliki PT Sugar Grup Companies dengan produk utama Gulaku.  Saat ini, Danatama Makmur dikomando oleh Houston Jusuf. 

Vicky juga pernah menjabat direktur di emiten pelayaran PT Buana Listya Lautan Tbk (BULL) dan CEO perusahaan gaya hidup dan hiburan pria Papillon Media Group yang mengelola merek Popular, baik Majalah Popular, Popular-world.com, Popular TV, Gocekan.com, Teqnoforia.com, dan Makanyuks.com. 

Dengan rekam jejak tersebut, Vicky mengatakan kedekatannya dengan Danatama Makmur juga tercermin dengan komitmen mantan kantornya tersebut menjadi salah satu perusahaan efek yang akan membantu IPO Netzme sebagai penjamin emisi.  

"Sekuritas lainnya ada, sedang dalam proses pembicaraan kerja sama," ujarnya tanpa menyebut identitas detail.  Dia mengatakan Danatama Makmur juga merupakan salah satu pemodal pertama dari Netzme bersama dengan belasan pemodal lain.  

Menurut dia, IPO bukanlah merupakan jalan keluar (exit strategy) Netzme dan pemegang saham karena justru akan menjadi awal berkembangnya perseroan. 

Dalam wawancara dengan CNBC Indonesia dalam program Profit, dia menjelaskan saat ini aplikasi Netzme sudah diunduh lebih dari 1 juta kali dan perusahaan ditargetkan sudah dapat mencetak keuntungan dalam 1-2 tahun setelah IPO di pasar saham.   

Perusahaan menjadikan WeChat asal China sebagai salah satu patron dalam bisnis media sosial yang digabung dengan aplikasi pembayaran.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article Netzme IPO Kuartal IV, Bidik Dana Rp 285 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular