
Rupiah KO di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Ini Gara-garanya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 June 2019 10:27

RupiDua faktor ini mampu menutup fakta bahwa dolar AS sebenarnya sedang galau. Pada pukul 10:15 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,07%.
Sebenarnya dolar AS punya ruang untuk menguat karena Dollar Index sudah berkurang 0,61% dalam sebulan terakhir. Sejak awal Juni, koreksi indeks ini mencapai 0,84%.
Ini menggambarkan dolar AS sebenarnya sudah murah. Semestinya situasi ini membuat investor memburu mata uang Negeri Paman Sam.
Namun langkah dolar AS terbeban oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan. Data terbaru di AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi kian terlihat sehingga butuh stimulus dari berbagai sisi, termasuk suku bunga.
Pada Mei, inflasi di Negeri Adidaya tercatat 0,1% month-on-month (MoM) dan 1,8% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan laju bulan sebelumnya yaitu 0,3% MoM dan 1,9% YoY.
Inflasi yang moderat menandakan aktivitas ekonomi kurang bergairah. Ini memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bagi dolar AS, penurunan suku bunga bukan kabar baik. Sebab penurunan suku bunga akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menguntungkan.
Namun rupiah sulit memanfaatkan kegalauan yang dialami dolar AS. Sebab faktor koreksi teknikal dan kebutuhan valas korporasi membuat rupiah memikul beban berat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sebenarnya dolar AS punya ruang untuk menguat karena Dollar Index sudah berkurang 0,61% dalam sebulan terakhir. Sejak awal Juni, koreksi indeks ini mencapai 0,84%.
Ini menggambarkan dolar AS sebenarnya sudah murah. Semestinya situasi ini membuat investor memburu mata uang Negeri Paman Sam.
Pada Mei, inflasi di Negeri Adidaya tercatat 0,1% month-on-month (MoM) dan 1,8% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan laju bulan sebelumnya yaitu 0,3% MoM dan 1,9% YoY.
Inflasi yang moderat menandakan aktivitas ekonomi kurang bergairah. Ini memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bagi dolar AS, penurunan suku bunga bukan kabar baik. Sebab penurunan suku bunga akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menguntungkan.
Namun rupiah sulit memanfaatkan kegalauan yang dialami dolar AS. Sebab faktor koreksi teknikal dan kebutuhan valas korporasi membuat rupiah memikul beban berat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular