Rupiah KO di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Ini Gara-garanya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 June 2019 10:27
Rupiah KO di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Ini Gara-garanya
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Nasib rupiah di pasar spot pun tidak jauh berbeda. 

Pada Kamis (13/6/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.270. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Wajar rupiah melemah di kurs tengah BI, sebab di pasar spot pun demikian. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.255. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah semakin dalam. Pada pukul 10:11 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.260 di mana rupiah melemah 0,21%. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih belum melemah meski tidak menguat juga. Stagnan saja di Rp 14.230/US$. 

Namun itu tidak lama, karena kemudian rupiah terpeleset ke zona merah. Bak berdiri di pasir hisap, depresiasi rupiah cenderung semakin dalam. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah.

Pertama, rupiah sudah menguat lumayan tajam. Sampai kemarin, rupiah sudah menguat empat hari beruntun dengan apresiasi mencapai 1,15%.
 

Penguatan yang sudah lumayan tajam ini tentu menggoda investor untuk mencairkan keuntungan. Rupiah yang terpapar aksi jual pun mau tidak mau melemah. 


Faktor kedua, ini sudah masuk Juni yang mendekati akhir kuartal II. Biasanya momentum seperti ini adalah musim pembayaran dividen.  

Korporasi asing yang beroperasi di Indonesia mulai menyetorkan kewajiban dividen ke kantor pusatnya di luar negeri. Permintaan valas korporasi yang meningkat membuat rupiah melemah. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

RupiDua faktor ini mampu menutup fakta bahwa dolar AS sebenarnya sedang galau. Pada pukul 10:15 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,07%. 

Sebenarnya dolar AS punya ruang untuk menguat karena Dollar Index sudah berkurang 0,61% dalam sebulan terakhir. Sejak awal Juni, koreksi indeks ini mencapai 0,84%. 

Ini menggambarkan dolar AS sebenarnya sudah murah. Semestinya situasi ini membuat investor memburu mata uang Negeri Paman Sam. 

Namun langkah dolar AS terbeban oleh ekspektasi penurunan suku bunga acuan. Data terbaru di AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi kian terlihat sehingga butuh stimulus dari berbagai sisi, termasuk suku bunga. 

Pada Mei, inflasi di Negeri Adidaya tercatat 0,1% month-on-month (MoM) dan 1,8% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan laju bulan sebelumnya yaitu 0,3% MoM dan 1,9% YoY. 

Inflasi yang moderat menandakan aktivitas ekonomi kurang bergairah. Ini memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Bagi dolar AS, penurunan suku bunga bukan kabar baik. Sebab penurunan suku bunga akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang ini (utamanya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menguntungkan. 

Namun rupiah sulit memanfaatkan kegalauan yang dialami dolar AS. Sebab faktor koreksi teknikal dan kebutuhan valas korporasi membuat rupiah memikul beban berat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular