Hebat, Rupiah Sukses Menguat 3 Hari Beruntun!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 June 2019 16:44
Hebat, Rupiah Sukses Menguat 3 Hari Beruntun!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil kembali menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berhasil lolos dari jeratan zona merah dan menguat selama tiga hari perdagangan beruntun. 

Pada Selasa (11/6/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.235 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,04%. Namun itu tidak lama, karena rupiah kemudian terpeleset ke area depresiasi. 

Pelemahan rupiah bertahan hingga tengah hari. Bahkan rupiah sempat merasakan menjadi salah satu mata uang terlemah di Asia. 


Namun selepas tengah hari, nasib rupiah mulai membaik. Depresiasi mata uang Tanah Air menipis, habis, dan kemudian berhasil menyeberang ke zona hijau. Akhirnya rupiah finis dengan apresiasi 0,07%. 

Penguatan ini membuat rupiah terapresiasi selama tiga hari beruntun terhadap dolar AS. Dalam periode tersebut, rupiah menguat hingga 1,08%. 

 

Rupiah kini berada di kolam yang sama dengan mayoritas mata uang utama Asia yang mampu menguat terhadap dolar AS. Cuma yen Jepang, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan yang tertinggal di zona merah. 

Peso Filipina berhasil menjadi yang terbaik di Benua Kuning. Disusul oleh yuan China di posisi kedua dan baht Thailand menduduki peringkat ketiga. 

Yah, walau rupiah tidak masuk tiga besar tetapi sudah bagus lah. Setidaknya rupiah mampu melanjutkan tren positif dengan menguat tiga hari berturut-turut. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:14 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Awalnya rupiah terpukul oleh aksi ambil untung (profit taking). Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, apresiasi rupiah yang lumayan tajam membuat investor tergoda untuk mencairkan keuntungan. 

Baca:
Di Kurs Tengah BI dan Spot, Rupiah Buntung Kena Ambil Untung

Namun sentimen eksternal yang positif berhasil menang, dan menarik rupiah ke zona hijau. Investor lega karena AS membatalkan pengenaan bea masuk untuk produk-produk Meksiko. Kedua negara berhasil mencapai kesepakatan mengenai penanganan imigran ilegal. 

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengecam Meksiko karena menilai terlalu banyak warga dari negara tersebut yang menjadi pendatang gelap di AS. Para imigran tersebut kemudian menjadi pelanggar hukum, terutama terlibat dalam peredaran narkotika. 

Trump pun mengancam bakal menerapkan bea masuk untuk produk-produk made in Mexico jika Negeri Sombrero tidak bisa menangani isu ini. Awalnya bea masuk akan berlaku Senin waktu Washington. 

Namun setelah perundingan selama tiga hari, AS-Meksiko berhasil menyepakati sejumlah hal. Pertama adalah perluasan program Migration Protection Protocols (MPP). Dalam program ini, warga negara Meksiko yang mencari suaka ke AS akan tetap menunggu di negaranya sampai urusan mereka selesai. AS-Meksiko sepakat MPP diterapkan di seluruh negara bagian yang berbatasan sepanjang 3.220 km. 

Kedua, Meksiko bersedia menurunkan aparat keamanan untuk menjaga perbatasan di bagian selatan, di mana banyak imigran asal negara-negara Amerika Tengah ingin memasuki Negeri Tequilla. 

"Bea masuk yang dijadwalkan berlaku mulai Senin dengan ini ditunda," cuit Trump melalui Twitter. 


Selain risiko perang dagang AS-Meksiko yang berhasil dihindari, investor juga terus menyimpan harapan suku bunga acuan global bakal turun, termasuk di AS. Sebab, ada masalah yang lebih besar masih belum terselesaikan yaitu perang dagang AS-China sehingga ekonomi Negeri Paman Sam perlu suntikan adrenalin berupa penurunan Federal Funds Rate. 

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas suku bunga acuan tetap di 2,25-2,5% pada akhir 2019 hanya 2,4%. Sementara peluang untuk turun 25 basis poin ke 2-2,25% adalah 15,9% dan kemungkinan turun 50 basis poin ke 1,75-2% mencapai 35,6%. Bahkan peluang penurunan Federal Funds Rate sampai 75 basis poin menjadi 1,5-1,75% pun cukup tinggi yaitu 32,8%. 

Jika suku bunga acuan di AS benar-benar turun, maka berinvestasi di Negeri Adidaya (terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) bakal kurang menarik. Arus modal pun menjauh dari dolar AS dan hinggap ke berbagai penjuru, termasuk Indonesia. 

Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 241,4 miliar dan membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,26%. Seperti halnya rupiah, IHSG pun sempat melemah. 

Sedangkan di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 1,2 basis poin (bps) menjadi 7,73%, terendah sejak 24 April. Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular