
Analisis Teknikal
Tenang, Rupiah Masih Cukup Kuat Menahan Gempuran Dolar AS
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 June 2019 12:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (11/6/2019). Meski demikian Mata Uang Garuda secara teknikal terlihat masih cukup kuat sehingga tak melemah lebih dalam.
Presiden AS Donald Trump yang kembali mengancam akan menaikkan bea impor produk China membuat sentimen pelaku pasar terhadap aset berisiko kembali menurun, sehingga menciptakan sentimen negatif bagi rupiah. Belum lagi melihat penguatan rupiah belakangan ini tentunya akan memicu aksi ambil untung atau profit taking.
Secara fundamental rupiah masih bagus setelah S&P yang menaikkan rating kredit Indonesia serta Bank Dunia yang tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, lebih tinggi dati rata-rata negara berkembang lainnya sebesar 4,0%.
Di sisi lain, bayang-bayang pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) masih akan membebani dolar AS. Dua faktor tersebut seharusnya masih cukup bagi rupiah untuk bertahan pada perdagangan hari ini.
Analisis Teknikal
Secara harian, pergerakan ke atas atau pelemahan rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR terlihat tertahan bergerak oleh rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan masih di bawah MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Dua MA tersebut sudah mengalami persilangan menjadi sinyal penurunan USD/IDR (rupiah menguat)
Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) memasuki area negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish bagi dolar. Indikator ini juga masih memberi sinyal penguatan rupiah.
Pada time frame 1 jam, rupiah kini bergerak di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam). Sementara indikator Stochastic yang memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Setelah melewati resisten Rp 14.255, USD/IDR berpeluang naik (rupiah melemah) ke area Rp 14.300 selama bertahan di atas resisten tersebut. Area Rp 14.300 terlihat masih akan cukup kuat menahan pelemahan rupiah.
Sebaliknya jika kembali ke bawah Rp 14.255, USD/IDR berpeluang turun (rupiah menguat) ke area Rp 14.220.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Presiden AS Donald Trump yang kembali mengancam akan menaikkan bea impor produk China membuat sentimen pelaku pasar terhadap aset berisiko kembali menurun, sehingga menciptakan sentimen negatif bagi rupiah. Belum lagi melihat penguatan rupiah belakangan ini tentunya akan memicu aksi ambil untung atau profit taking.
Secara fundamental rupiah masih bagus setelah S&P yang menaikkan rating kredit Indonesia serta Bank Dunia yang tetap memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2%, lebih tinggi dati rata-rata negara berkembang lainnya sebesar 4,0%.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Secara harian, pergerakan ke atas atau pelemahan rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR terlihat tertahan bergerak oleh rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan masih di bawah MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Dua MA tersebut sudah mengalami persilangan menjadi sinyal penurunan USD/IDR (rupiah menguat)
Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) memasuki area negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish bagi dolar. Indikator ini juga masih memberi sinyal penguatan rupiah.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah kini bergerak di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam) dan di bawah MA 20 (rerata pergerakan 20 jam). Sementara indikator Stochastic yang memasuki wilayah jenuh beli (overbought).
Setelah melewati resisten Rp 14.255, USD/IDR berpeluang naik (rupiah melemah) ke area Rp 14.300 selama bertahan di atas resisten tersebut. Area Rp 14.300 terlihat masih akan cukup kuat menahan pelemahan rupiah.
Sebaliknya jika kembali ke bawah Rp 14.255, USD/IDR berpeluang turun (rupiah menguat) ke area Rp 14.220.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular