China dan India Angkat Harga Batu Bara

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 June 2019 10:29
Peningkatan ekspor batu bara di sejumlah negara importir utama dunia membuat harga komoditas ini melonjak lebih dari 2%.
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko
Jakarta, CNBC Indonesia - Peningkatan impor batu bara di sejumlah negara membuat harga komoditas ini melonjak lebih dari 2%. Selain itu, harga batu bara yang sempat jatuh ke posisi terendah dalam dua tahun terakhir membuat potensi rebound teknikal semakin tinggi.

Pada penutupan perdagangan Senin (10/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli meroket hingga 2,3% ke posisi US$ 75,75/metrik ton.



Berdasarkan data yang dirilis oleh otoritas setempat, impor batu bara China pada Mei 2019 melesat hingga 23 year-on-year (YoY) menjadi 27,47 juta ton. Kementerian Batu Bara India juga mengumumkan impor batu bara kokas pada tahun fiskal 2018-2019 yang berakhir pada Maret 2019 naik 10,3% YoY menjadi 51,84 juta ton. Sedangkan impor batu bara thermal juga naik 13,7% ke ke posisi 183,4 juta ton pada periode yang sama.

Tentu saja kabar tersebut membuat pelaku pasar sumringah. Permintaan batu bara global ternyata masih mampu tumbuh.

Terlebih China dan India merupakan negara yang menguasai sebagian besar permintaan batu bara impor (seborne). China mengambil porsi 22% dari total permintaan batu bara impor dunia, sementara porsi India adalah 19%.

Namun sejatinya pasar batu bara global juga masih akan menghadapi beberapa tantangan. Pertama, tentu saja perlambatan ekonomi global yang diprediksi masih akan terus berlangsung hingga tahun depan.

Pekan lalu, Bank Dunia kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 menjadi 2,6% dari sebelumnya 2,9%. Itu akan membuat proyeksi permintaan energi, yang sebagian besar berasal dari batu bara, berpotensi melemah.

Apalagi saat ini potensi eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China. Kemarin Presiden AS Donald Trump menegaskan kesiapannya untuk mengenakan bea impor baru pada China bila tidak ada kesepakatan pada pertemuan negara G20 pada bulan ini di Tokyo.

Bila kedua negara ternyata tidak bisa menghasilkan kesepakatan apa pun, maka perekonomian global bisa mendapat hambatan yang lebih besar. Pasalnya pada bulan lalu, AS dikabarkan tengah mengkaji dampak tarif 25% pada produk China senilai US$ 300 miliar.

Kedua, ada potensi peningkatan produksi batu bara global. Pada tahun fiskal 2018-2019, produksi batu bara domestik India naik hingga 8,1% YoY. Sebelumnya pemerintah India juga telah memasang target peningkatan produksi batu bara sebesar 8,75% YoY untuk tahun fiskal 2019-2020.

China pun demikian. Berdasarkan keterangan dari Biro Statistik Nasional Negeri Tirai Bambu, ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap untuk digarap tahun ini. Asosiasi batu bara China juga telah memasang target peningkatan produksi sebesar 100 juta ton pada 2019.

Bertambahnya pasokan akan membuat keseimbangan fundamental di pasar akan terganggu dan berpotensi semakin membebani harga.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/aji) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular