Usai 'Mudik' Sepekan, Rupiah Langsung Seng Ada Lawan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 June 2019 16:34
Usai 'Mudik' Sepekan, Rupiah Langsung <i>Seng Ada Lawan</i>!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Walau masih menguat, apresiasi rupiah menipis terutama setelah rilis data inflasi. 

Pada Senin (10/6/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.245 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Idul Fitri. 

Kala pembukaan pasar, penguatan rupiah masih 0,49%. Namun kemudian apresiasi rupiah berkurang meski tidak sampai terjerembab ke zona merah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 


Penguatan rupiah terlihat terkikis selepas pukul 11:00 WIB, usai Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi. Pada Mei, terjadi inflasi 0,68% secara bulanan (month-on-month/MoM) dan 3,23% year-on-year (YoY). 

Angka ini di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan berada di 0,53%. Sementara inflasi YoY diramal 3,165%. 

Sedangkan konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi bulanan sebesar 0,54%. Kemudian inflasi tahunan ada di 3,17%. 

Dengan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan artinya nilai tukar mata uang berpotensi tergerus inflasi. Berinvestasi di rupiah menjadi kurang menarik sehingga ada terjadi sedikit tekanan jual. 


Untungnya rupiah tidak sampai mengalami nasib seperti mata uang Asia lainnya. Ya, tidak ada mata uang utama Benua Kuning yang mampu menguat terhadap dolar AS. Walau penguatan rupiah menipis sampai 'hanya 0,18%, rupiah tetap tanpa tandingan dan menjadi yang terbaik di Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:12 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Start rupiah setelah absen seminggu penuh cukup impresif. Rupiah baru diperdagangkan hari ini selepas libur Idul Fitri. Namun rupiah tidak mengalami jetlag, langsung tancap gas tanpa perlu adaptasi. 

Sepertinya sentimen domestik mendominasi keperkasaan rupiah hari ini. Sebelum libur Idul Fitri, lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB. Ini menjadi kali pertama S&P memberi rating BBB kepada Indonesia sejak 1995. 

Kenaikan rating semakin mempertebal kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia, khususnya obligasi pemerintah. Arus modal begitu deras masuk ke pasar surat utang pemerintah, sehingga imbal hasil (yield) menurun drastis. 

Pada pukul 16:14 WIB, yield obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 23,1 basis poin (bps) ke 7,792%. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

Berikut perkembangan yield obligasi pemerintah berbagai tenor: 



Tidak cuma di pasar obligasi, kenaikan rating juga berimbas positif kepada pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan 1,3% dan investor asing membukukan beli bersih Rp 480,83 miliar. 

Arus modal di pasar obligasi dan saham berhasil menjadi modal bagi rupiah untuk menguat. Tidak sekadar menguat, tetapi juga menjadi satu-satunya yang bisa menekuk dolar AS di Asia.  

Setelah seminggu absen 'mudik' lebaran, rupiah hari ini kembali dengan gaya. Selamat!



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular